JAKARTA – Sayur-mayur serta bahan makanan pokok seperti jagung, ketela, kentang, dan kacang-kacangan, tumbuh subur di Kecapatan Garung, Kabupaten Wonosobo. Namun, Puskesmas Kecamatan Garung menemukan 87 balita dengan gizi kurang sebanyak dan 17 balita dengan gizi buruk. Selain itu, terdapat asupan gizi pada ibu hamil dan balita yang masih di bawah standar. Kondisi tersebut berhasil mendorong Pemkab Wonosobo menciptakan inovasi Pangan Lokal Sahabat Gizi Kita (PL Sagita).
Kondisi geografis Kec. Garung berupa pegunungan yang hasil utama pertaniannya adalah makanan yang mengandung protein dan karbohidrat. “Kami ingin memanfaatkan pangan lokal menjadi makanan yang disukai anak-anak,” jelas Bupati Wonosobo Eko Purnomo dalam presentasi dan wawancara Kompetisi Inovasi Pelayanan Publik tahun 2019 di Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi (PANRB).
Eko menjelaskan, PL Sagita merupakan program pemulihan gizi berbasis masyarakat dengan kreasi menu dari tepung siap saji. Nantinya, tepung yang juga tahan lama ini dijadikan sebagai bahan dasar pembuatan kreasi makanan tambahan. Program ini dilakukan untuk meningkatkan status gizi balita dan ibu hamil di Desa Kayugiyang dan Kec. Garung.
Pemerintah Kabupaten Wonosobo saat mempresentasikan inovasi PL Sagita dalam KIPP 2019 di Kantor Kementerian PANRB.
PL Sagita membuktikan kekayaan sumber daya alam Indonesia yang melimpah. Hasil pertanian warga menjadi bahan baku utama tepung siap saji ini. Pemkab Wonosobo mendorong dan memfasilitasi masyarakat untuk kreatif memanfaatkan potensi pertanian. Masyarakat kemudian menyulapnya menjadi pangan berkualitas. “Makanan yang dibuat juga disesuaikan dengan selera anak-anak, sehingga diharapkan mampu menggeser kebiasaan berpola makan instan,” imbuh Eko.
Setidaknya ada tiga manfaat yang dirasakan warga Kec. Garung dan sekitarnya. Pertama, Penyediaan yang dikelola oleh kader dalam skala besar di posyandu dapat memenuhi kebutuhan warga Garung serta warga desa di sekitarnya. Manfaat kedua, anak dan ibu hamil mendapatkan kecukupan gizi melalui pemberian makanan tambahan secara intensif. Dampak terakhir adalah terjadi peningkatan ekonomi keluarga.
PL Sagita dirancang dan dilaksanakan dalam kurun waktu satu tahun sehingga dapat terevaluasi dampaknya serta berkelanjutan. Bukti keberlanjutannya adalah program pemulihan gizi berbasis masyarakat yang diwujudkan dengan Pondok Pemulihan Gizi di Posyandu, yang berfokus pada pemanfaatan bahan pangan lokal. “Program ini dikembangkan dan direplikasikan di desa-desa lain di Kecamatan Garung,” tutup Eko. (clr/HUMAS MENPANRB)