JAKARTA – Sepuluh tahun terakhir tingkat penebangan pepohonan di hutan rakyat dan hutan perhutani di wilayah Kabupaten Kebumen, Jawa Tengah terus meningkat. Hal ini terjadi mengingat kayu bakar merupakan salah satu komoditas penting bagi masyarakat desa-desa di Kabupaten Kebumen.
Kegelisahan akan kondisi tersebut mengisyaratkan Dinas Perumahan dan Kawasan Permukiman dan Lingkungan Hidup Kabupaten Kebumen untuk membuat inovasi yang dapat mengurangi pembalakan liar dan deforestasi yang cenderung meningkatkan laju perubahan iklim. Inovasi tersebut dinamakan Taman Proklim Lebah Klanceng (Tamplek).
Bupati Kabupaten Kebumen Yazid Mahfudz menjelaskan Taman Proklim Lebah Klanceng merupakan perpaduan antara Taman Keanekaragaman Hayati dan Ekosistem dan Program Kampung Iklim sebagai upaya pemberdayaan masyarakat dan penumbuhkembangan kearifan lokal masyarakat dalam mengelola lingkungan hidup. “Inovasi ini juga mengambil manfaat ekonomi dari potensi sumber daya lokal karena lebah Klanceng banyak dijumpai di wilayah pesisir dan pegunungan Kabupaten Kebumen,” jelasnya saat Presentasi dan Wawancara Top 99 Inovasi Pelayanan Publik 2019 di Kantor Kementerian PANRB beberapa waktu lalu.
Bupati Kabupaten Kebumen Yazid Mahfudz saat Presentasi dan Wawancara Top 99 Inovasi Pelayanan Publik 2019 di Kantor Kementerian PANRB
Yazid mengungkapkan bahwa Tamplek di Desa Kalipoh Kecamatan Ayah merupakan pilot project taman tetumbuhan yang diselingi budidaya lebah Klanceng yang didesain untuk meningkatkan adaptasi dan mitigasi perubahan iklim. Tamplek diinisiasi sebagai langkah perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup yang berisi pemberdayaan ekonomi masyarakat yang efektif, sekaligus memberikan sumbangsih terhadap bidang kesehatan dengan produksi madu asli Klanceng yang sebelumnya jarang ditemukan. Bagi masyarakat Desa Kalipoh yang mayoritas memproduksi gula kelapa, budidaya lebah Klanceng menjadi alternatif usaha yang cukup menjanjikan karena madu Klanceng merupakan minuman kesehatan yang relatif masih langka dan harga per liternya cukup mahal. Inovasi ini juga berperan sebagai wisata edukasi yang unik di kebumen dengan menyajikan edukasi ilmiah berbasis budidaya lebah klanceng sambil mengenalkan pentingnya kelestarian lingkungan hidup dan kehutanan.
Menurut Kepala Dinas Perumahan dan Kawasan Permukiman dan Lingkungan Hidup Kabupaten Kebumen Edi Rianto, inovasi ini bersifat sustainable dan tidak menghabiskan sumber daya alam yang tidak dapat terbaharui. Bahkan, inovasi ini meningkatkan sumber daya hutan dan lingkungan yang memiliki efek ganda terhadap bidang lain. "Serta diharapkan dapat menyelesaikan salah satu permasalahan utama di Kabupaten Kebumen, yaitu pengentasan kemiskinan,” imbuh Edi saat mempresentasikan inovasi Tamplek di hadapan panelis.
Program ini tidak hanya menunjukkan kesadaran masyarakat akan pelestarian lingkungan dan mengembangkan kearifan lokal dalam menjaga lingkungan, namun juga secara ekonomi berdampak langsung kepada peningkatan pendapatan masyarakat pemelihara lebah madu klanceng. “Tamplek memberikan dampak positif terhadap penduduk Desa Kalipoh Kecamatan Ayah dan diharapkan ini menjadi teladan bagi desa-desa lain di wilayah Kabupaten Kebumen untuk mereplikasi atau memodifikasi metode ini,” tutup Edi. (del/HUMAS MENPANRB)