JAKARTA – Menteri PANRB Yuddy Chrisnandi mengajak semua pihak untuk tidak berspekulasi secara berlebihan dan mengaitkan kondisi perekonomian di Indonesia dengan situasi dan kondisi yang terjadi di Malaysia belakangan ini, karena keduanya jauh berbeda. Demikian juga dengan karekter pemimpinnya.
Perlu dipahami bahwa kegentingan politik yang terjadi di Malaysia bukan karena persoalan ekonomi, tetapi merupakan bentuk ketidakpercayaan masyarakat terhadap pemimpinnya. Sedangkan di Indonesia, ujar Yuddy, Presiden Joko Widodo merupakan pemimpin yang jujur dan sederhana, serta jauh dari perilaku korup, sehingga dicintai rakyatnya.
Sesibuk apapun, Presiden masih meluangkan waktu untuk blusukan ke kampung-kampung, untuk membagikan kartu sehat, kartu pintar, hingga sembako. Presiden Jokowi tidak ada jarak dengan rakyat. “Itulah personifikasi dari kepribadian Pak Jokowi sebagai pemimnpin yang sederhana dan merakyat, sehingga kejadian di Malaysia tidak akan merembet ke Indonesia,” ujar Yuddy kepada wartawan, di Jakarta, Selasa (01/09).
Lebih lanjut Yuddy mengatakan, dalam situasi sekarang, rakyat dan pemimpinnya sama-sama prihatin. Para pemimpin tentu mempunyai empati terhadap kesulitan yang tengah dialami masyarakat. Hal itu antara lain diwujudkan dengan upaya yang sungguh-sungguh untuk memulihkan keadaan. “Jangan samakan kondisi yang terjadi di Malaysia dengan kondisi di Indonesia,” tegas Guru Besar FISIP Universitas Nasional ini.
Seperti diberitakan sejumlah media massa, Sabtu dan Minggu (29-30) Agustus 2015 lalu, terjadi demonstrasi besar-besaran di Malaysia. Ratusan ribu demonstran yang mengatasnamakan Gerakan Bersih 4 menuntut Perdana Menteri Malaysia Najib Razak mundur dari jabatannya, karena diduga terlibat korupsi senilai 700 juta dolar AS.
Sementara pihak menilai, kondisi itu mirip dengan situasi Indoensia tahun 1998, yang menghadapi hantaman krisis ekonomi, dan di bawah kepemimpinan parpol yang sudha puluhan tahun berkuasa. (ags/HUMAS MENPANRB)