SURABAYA - Antrean panjang dan cenderung tidak tertib banyak dihadapi unit pelayanan publik pada umumnya. Apalagi ada kebiasaan masyarakat di beberapa daerah yang memiliki lebih dari satu nama, salah satunya di Probolinggo, yang menambah rumit masalah identifikasi nomor antrean. Dinas Kesehatan Kota Probolinggo Jawa Timur mengatasi hal itu dengan inovasi yang dijuluki Jempol Mancep.
Inovasi itu masuk dalam Top 99 Inovasi Pelayanan Publik 2016. Bahkan Kepala Dinas Kesehatan Probolinggo menjadi nara sumber dalam simposium hari ke-3 di Jatim Expo, Surabaya, Sabtu (02/04). Dikatakan, beberapa permasalahan pokok yang terjadi masih seputar antrean yang menghabiskan waktu, hingga database yang tidak terklasifikasi dengan baik.
Beberapa cara dilakukan untuk mengatasi masalah antrean ini. Namun permasalahan spesifik kembali ditemukan. "Masyarakat daerah Probolinggo memiliki kebiasaan unik, yaitu satu orang memiliki banyak nama. Hal ini disebabkan budaya daerah setempat yang kerap memberi julukan sampai nama kehormatan, selain nama pada kartu identitas resmi. Akibatnya sistem pendataan personal pasien di Puskesmas setempat tetap saja mengalami kekacauan," ujarnya.
Untuk mengatasi masalah tersebut maka diterapkan sistem Jempol Mancep. Sistem ini prinsipnya sama dengan sistem absensi di kantor-kantor dengan Finger print, yang sebelumnya melalui identifikasi sidik jari. Pasien yang datang diidentifikasi, sehingga yang datanya sudah ada tinggal memasukkan identitas atau password, kemudian menempelkan jempolnya di bagian yang akan menyensor sidik jari. Nomor antrean pun akan keluar, dan tinggal menunggu panggilan untuk diperiksa dokter, dan selanjutnya saat mengambil obat pun tak perlu resep yang ditulis di kertas. Data pasien, termasuk rekam medis sudah ada di puskesmas tersebut.
Dengan sistem ini, seorang yang memiliki identitas ganda mampu diidentifikasi sebagai orang yang sama. Inovasi ini berhasil mempercepat proses antrian, menghemat biaya karena paperless, dan membuat histori pasien terdata secara efektif.
Menurut Kadiskes Probolinggo, inovasi ini diterapkan di seluruh Puskesmas yang ada di Kabupaten Probolinggo. Namun untuk mewujudkan itu diperlukan waktu. (nrl/HUMAS MENPANRB)