Pin It

20150213 Jokowi

SOLO – Hal-hal yang berkaitan dengan kebangsaan, sudah seharusnya diputuskan dengan menggunakan hati nurani. Banyak yang terpengaruh keadaan sekitar sehingga tidak lagi berperilaku sesuai hati nurani.“Saya setuju sekali bahwa hati nurani adalah sumber kemuliaan. Jika ingin memutuskan sesuatu, saya bertanya kepada hati saya,” ujar Presiden Joko Widodo saat membuka Munas Partai Hanura, Jumat (13/01).

Presiden Jokowi mengajak seluruh peserta Munas untuk melihat problematika yang dihadapi Indonesia. Dari masalah kemiskinan, pengangguran, sampai pertumbuhan ekonomi. Jokowi menyinggung mengenai pengentasan kemiskinan yang masih terus digalakkan. Menurutnya, di Indonesia terlalu banyak istilah yang tidak jelas di tengah misi pengentasan kemiskinan. “Jadi di kita banyak istilah yang tidak jelas. Ada hampir miskin, diduga miskin, ada yang tetap miskin,” tuturnya.

Tak hanya itu, banyak fakta di lapangan yang tidak sesuai dengan data yang ada. “Kita sering menutup-nutupi kekurangan yang kita miliki. Padahal faktanya lebih dari itu. Pengangguran juga tidak sedikit,” ungkapnya.

Jokowi menghimbau bahwa tugas kedepan adalah menciptakan lapangan pekerjaan yang sebanyak-banyaknya dan hal ini merupakan tugas yang berat.

Presiden asal Solo ini menekankan bahwa yang terpenting bukan hanya pertumbuhan ekonomi melainkan pemerataannya. “Kita juga ingin swasembada pangan. Saya yakini dengan bekerja keras, itu semua bisa tercapai,” ujarnya.

Untuk mendukung terciptanya visi misi Jokowi, revolusi mental perlu diterapkan. “Ajakan unntuk melakukan revolusi mental merupakan langkah yang tepat,” ujar Ketua Umum Partai Hanura Wiranto. Ia menegaskan bahwa masalah degradasi akhlak dan mental adalah masalah yang mengakar maka perlu diberantas dengan ditegakkannya nilai revolusi mental.

Pembukaan Munas Partai Hanura ini dihadiri oleh beberapa menteri kabinet kerja, yakni Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi (PANRB) Yuddy Chrisnandi, Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan Tedjo Edhi Purdijatno, Menteri Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan Puan Maharani, dan Menteri Perindustrian Saleh Husin.(rr/HUMAS MENPANRB)