Pin It

cover kipp 2019

 

JAKARTA – Banyaknya anak putus sekolah setelah lulus Sekolah Dasar (SD) di Kabupaten Bondowoso, Jawa Timur ‘memaksa’ para jawara memberikan pemahaman tentang pentingnya pendidikan. Melalui SMPN 2 Pakem, Pemkab Bondowoso menggerakkan para jawara tersebut untuk melakukan pendekatan door to door kepada orang tua, agar mau menyekolahkan anaknya ke jenjang berikutnya.

Program ini ditujukan untuk mengoptimalkan pelayanan pendidikan anak, terutama di kawasan terpencil dengan rute terjal yang berjarak 7-10 km untuk mencapai sekolah dengan memanfaatkan para Jawara. “Jawara ini terdiri dari beberapa tokoh masyarakat, orang berpengaruh, bahkan mantan preman. Mereka menjadi sukarelawan setelah didekati oleh para guru untuk mengajak anak-anak kembali bersekolah,” ujar Bupati Bondowoso Salwa Arifin saat Presentasi dan Wawancara Top 99 Kompetisi Inovasi Pelayanan Publik di Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi (PANRB).

Merangkul para jawara, tingkat kepedulian orang tua akan pentingnya pendidikan meningkat, sehingga anak bisa kembali bersekolah. Sebanyak 15 orang Jawara secara sukarela membantu SMPN 2 Pakem untuk dapat membantu agar anak-anak tidak putus sekolah. Ide untuk melibatkan Jawara muncul dari Tim Peningkatkan Mutu Pendidikan SMPN 2 Pakem sebagai salah satu solusi untuk memecahkan masalah pendidikan.

Implementasi Gerakan Geladak Kancil Jawara telah berhasil meningkatkan angka anak bersekolah. Setelah diterapkan, pada penerimaan peserta didik tahun ajaran 2016/2017, SMPN 2 Pakem menerima 106 anak, dimana angka ini naik sebesar 50 persen dari sebelum inovasi dijalankan. Angka anak putus sekolah pun berkurang.

Selain melibatkan Jawara untuk menjaring anak-anak agar dapat kembali bersekolah, SMPN 2 Pakem juga ikut memfasilitasi kebutuhan dasar siswa, seperti seragam, sepatu, dan mobil antar jemput secara cuma-cuma. Hal ini membuat orang tua sangat terbantu karena tidak terbebani dengan biaya sekolah dan merasa aman karena anak-anak mereka selalu berada dalam pengawasan Jawara, terutama di dalam perjalanan yang cukup jauh dan terjal.

 

20190715 KIPP 2019 HARI KE 10 5

Bupati Bondowoso Salwa Arifin (tengah) saat Presentasi dan Wawancara Top 99 Kompetisi Inovasi Pelayanan Publik di Kementerian PANRB.

 

Saat ini, program Geladak Kancil Jawara berfokus kepada anak-anak tamat SD untuk dapat melanjutkan sekolah ke jenjang SMP, agar tidak langsung bekerja untuk membantu orang tua ataupun menikah muda. “Mayoritas anak-anak disini hanya SD, bahkan tidak tamat. Dengan ini, mereka didorong untuk masuk SMP,” ungkap Salwa.

Sebelum adanya program Jawara ini, guru di SMPN 2 Pakem turut turun langsung untuk memburu calon siswa saat penerimaan peserta didik baru. Perburuan hanya dilakukan ke-10 SD sasaran, menyebar brosur, serta pemasangan spanduk di jalan-jalan protokol, sehingga masyarakat yang tinggal di kawasan terpencil tidak mendapatkan informasi pendidikan tersebut.

Jawara aktif bergerak saat akan dimulai tahun ajaran baru dan secara berkesinambungan memastikan anak-anak tetap bersekolah. Jawara menjaring anak yang akan lulus SD dengan umpan satu stel seragam gratis, mengisikan formulir pendaftaran, serta mengantarkan anak tersebut untuk melakukan pendaftaran di SMP Negeri 2 Pakem.

Salwa menjelaskan, Pemkab Bondowoso telah berkomitmen bahwa program Geladak Kancil Jawara akan ditetapkan menjadi role model di tiap kawasan terpencil di wilayah Bondowoso. Hal ini disebabkan oleh kontur geografis Kab. Bondowoso yang terletak di area pegunungan sehingga banyak daerah-daerah terpencil.

Menurutnya, program ini pun cukup mudah untuk direplikasi oleh sekolah-sekolah lainnya, terutama yang memiliki kemiripan latar belakang dan cukup dengan merangkul tokoh masyarakat dalam melakukan pendekatan kepada orang tua dan anak. Saat ini, Geladak Kancil Jawara ini telah direplikasi oleh SMP Negeri 1 Pakem dan SMP Negeri 1 Binakal.

“Saya berharap dengan adanya program Geladak Kancil Jawara ini betul-betul bisa meningkatkan mutu pendidikan di Bondowoso,” pungkas Salwa. (ald/HUMAS MENPANRB)