JAKARTA – Tim Evaluasi Pelayanan Publik memberikan laporan mengenai Kompetisi Inovasi Pelayanan Publik melalui Sistem Informasi Inovasi Pelayanan Publik (Sinovik) tahun 2015 kepada Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi, Yuddy Chrisnandi. Ada peningkatan dalam pendaftaran di tahun ini.
“Tahun lalu hanya ada sekitar 515 inovator yang mendaftar kompetisi dan tahun ini ada 1.189 inovator. Artinya Sinovik naik menjadi 230 persen lebih,” kata Deputi Bidang Pelayanan Publik, Mirawati Sudjono saat menyampaikan hasil laporan Tim Evaluasi di ruang Menteri PANRB, Jakarta, Rabu (11/3).
Mira mengatakan, besok Tim Evaluasi akan bertemu dengan Tim Panel Independen. Tim ini akan menyaring menjadi Top 99 Inovasi. “Target kita dalam minggu ini akan mendapat Top 99. Kemudian sekitar dua minggu mendatang kita akan mengundang inovator tersebut untuk presentasi dan wawancara, lalu akan dilakukan mystery shopping. Target kita akhir April kita sudah mendapat Top nya sambil menunggu berita acara dari Bappenas untuk awarding-nya,” katanya.
Mira mengatakan, masih ada Kementerian/Lembaga dan Pemda yang tidak ikut dalam inovasi pelayanan publik ini. Padahal sudah ada program One Agency One Innovationyang mewajibkan K/L dan Pemda mengirimkan minimal satu inovasi pelayanan publik setiap tahunnya. Sedangkan ada juga K/L dan Pemda yang mengirimkan, namun tidak lolos administrasi, artinya K/L dan Pemda tersebut tidak sungguh-sungguh dalam mengikuti kompetisi ini.
“Kalau yang tidak mengirim jelas itu salah karena sudah ada program One Agency One Innovation yang wajib diikuti. Sedangkan bagi yang tidak lolos administrasinya berarti tidak mengikuti kompetisi ini dengan serius, untuk itu akan ditegur oleh pak Menteri,” kata Mira.
Sementara itu, Menteri PANRB Yuddy Chrisnandi mengatakan, target dilaksanakannya Kompetisi ini yaitu untuk melihat pemahaman di unit pelayanan publik. Karena pada akhir periode pertama Kabinet Kerja ini, pemerintah ingin menjadikan tata kelola pemerintahan yang berkelas dunia, dan salah satu lokomotifnya yaitu birokrasi yang simple dengan orang-orang yang profesional dalam memberikan layanan publik.
“Fokus tahun ini yaitu bagaimana seluruh aparatur sipil paham kalau kita ini pelayan masyarakat. Yang paling mudah mengukurnya, misalnya di tempat pembuatan SIM, dimana orang tidak perlu mengantri terlalu lama, kemudian fasilitasnya memadai, tetapi yang paling minimal yaitu ramah dalam melayani. Ini harus sampai dan saya memiliki obsesi sampai dengan akhir tahun ini pesan revolusi mental sampai ke tingkatan ASN yang paling rendah pangkatnya dan paling jauh daerahnya. Jadi pemikiran-pemikiran dan langkah-langkah praktis dalam inovasi ini yang kami perlukan,” kata Yuddy. (ns/HUMAS MENPANRB)