JAKARTA – Asyiknya permainan tangga berseri atau ular tangga yang kini semakin dilupakan oleh anak-anak, ‘dihidupkan’ kembali oleh Puskesmas Kec. Randuagung, Kab. Lumajang, Jawa Timur. Permainan tradisional ini dimodifikasi menjadi berukuran 4 x 10 meter dengan dadu 60 x 60 cm, untuk dimainkan minimal tiga siswa/siswi. Permainan ini juga dilengkapi dengan kartu Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) dan modul partisipatif yang berisi pernyataan dan bahan diskusi yang dibahas oleh pemain sesuai dengan gambar yang dipijak dalam ular tangga.
Inovasi yang menjadikan siswa Sekolah Dasar Negeri (SDN) di Kec. Randuagung ini dinamakan Gebrakan Pagelaran Aksi Bersama Sekolah Sehat Asri (Pagi Berseri) yang diciptakan sejak tahun 2012. “Puskesmas menjadikan SD itu sebagai contoh untuk mengubah kebiasaan buruk, dengan cara bermain sehingga menarik,” ujar Bupati Lumajang As’at Malik saat mempresentasikan program yang masuk dalam Top 99 Inovasi Pelayanan Publik ini.
Ketika para siswa berhasil mengubah cara hidupnya di sekolah, diharapkan mereka menceritakan kepada orang tua dan tetangganya ketika pulang sekolah. Jika mereka melihat rumah atau lingkungan kotor, mereka bisa menjadi penggerak bagi teman sebayanya untuk membersihkan lingkungan.
Inovator Pagi Berseri dari Puskesmas Kec. Randuagung Lumajang beramah tamah dengan Tim Panel Independen, usai wawancara Top 99 Inovasi Pelayanan Publik 2018 di Kementerian PANRB.
Inovasi ini merupakan satu-satunya inovasi di Indonesia yang mengembangkan metode pembelajaran PHBS dengan mengedepankan auditori, kinestetik, dan visual. “Ini juga upaya perbaikan citra positif pendidikan anak Indonesia ‘zaman now’ dan menghilangkan efek kecanduan game,” jelas As’at.
Sumber daya manusia, alat, bangunan, maupun pembiayaan berasal dari lintas program Puskesmas Randuagung dan lintas sektor tingkat kecamatan hingga kabupaten. Dalam pelaksanaan di lapangan, tingkat keberhasilan dipantau dan dievaluasi melalui pelatihan guru husada dan dokter kecil menggunakan instrumen yang sudah dibuat oleh tim dari Puskesmas Randuagung.
Pada 2012, capaian pemberantasan jentik di lingkungan sekolah hanya mencapai nilai 19,23, dan meningkat pada 2015 menjadi 73,07. Pada tahun 2017, nilainya meningkat pesat mencapai 100. Untuk indikator sampah dan air limbah pada 2012 hanya mendapat nilai 23,07. Peningkatan terjadi pada 2015 yang mencapai 53,84 dan tahun 2017 yang mencapai nilai 82,43.
Perencanaan kegiatan ini dilakukan dalam diskusi kelompok semua staf Puskesmas melalui lokakarya mini bulanan, pendekatan persuasif, dan advokasi kepada semua pemangku kepentingan di tingkat kecamatan dan desa. “Serta melalui Pelatihan Dokter Kecil dan Pertemuan Guru Husada,” ungkap As’at.
Demi keberlangsungan inovasi ini, Kab. Lumajang sudah berbagi pengetahuan dengan Pemkab Situbondo pada 2016. Pada 18-19 Oktober 2017, Pemkab Lumajang juga menjadi narasumber pada Forum Ilmiah Tahunan IAKMI di Manado, Sulawesi Utara. Inovasi ini sudah direplikasi oleh SDN Dadapan 02 Kec. Gucialit pada tahun 2017. “Fakultas Kesehatan Universitas Jember juga membantu mengkampanyekan inovasi ini,” pungkas As’at. (rr/don/HUMAS MENPANRB)