JAKARTA – Selama bertahun-tahun, hutan pinus berperan besar dalam memenuhi masyarakat yang tinggal di salah satu wilayah Kabupaten Bantul, D.I Yogyakarta. Namun, dahan ranting pohon yang rapat, serta batang pohon pinus yang sudah tidak bisa disadap, tak bisa lagi menjadi tumpuan hidup masyarakat. Pemprov Yogyakarta tidak tinggal diam akan kondisi itu. Rimbunnya hutan pinus dijadikan sumber ekonomi baru dengan inovasi bernama Menggapai Mimpi Sahabat Rimba.
Inovasi yang digagas Balai Kesatuan Pengelolaan Hutan Yogyakarta adalah bukti kolaborasi pemerintah dengan masyarakat dalam pemanfaatan jasa lingkungan wisata alam. Kolaborasi itu memanfaatkan kawasan hutan lindung menjadi daerah wisata alam yang dikelola oleh masyarakat sekitar hutan.
Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta Sri Sultan Hamengkubuwana X saat mempresentasikan inovasi Menggapai Mimpi Sahabat Rimba dalam presentasi dan wawancara Kompetisi Inovasi Pelayanan Publik tahun 2019 di Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi (PANRB).
Tujuannya, adalah memberdayakan masyarakat sebagai upaya meningkatkan kesejahteraan ekonomi dan sosial. “Serta menjaga kelestarian fungsi hutan secara berkelanjutan,” ujar Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta Sri Sultan Hamengkubuwana X dalam presentasi dan wawancara Kompetisi Inovasi Pelayanan Publik tahun 2019 di Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi (PANRB).
Sejak tahun 2015, Pemprov Yogyakarta mulai menginisiasi adanya pemanfaatan jasa lingkungan wisata alam di hutan lindung dimana masyarakat merupakan pelaku utamanya. Sri Sultan mengatakan, inovasi ini bertujuan untuk menjaga kelestarian hutan lindung sekaligus memberdayakan masyarakat sehingga ekonomi mikro di pedesaan dapat terus tumbuh.
Pemanfaatan hutan ini berdampak nyata pada pendapatan masyarakat. Tahun 2017 pendapatan masyarakat mencapai Rp 7.851.324.500, dan pada 2018 mencapai Rp 9.042.413.000. Masyarakat non-pengelola mendapatkan dampak dengan munculnya pusat kuliner, kerajinan, oleh-oleh, guest house, dan sarana wisata lainnya yang selalu ramai dikunjungi wisatawan.
“Wisata alam yang dikembangkan di kawasan hutan lindung maupun hutan produksi diharapkan mampu mengangkat nilai wisata sekaligus pendidikan dan budaya yang berkaitan erat dengan sejarah Yogyakarta,” ungkapnya.
Adanya upaya pelibatan masyarakat dalam pengelolaan sumber daya hutan melalui inovasi ini, ternyata memberikan dampak yang cukup signifikan. Meningkatnya kesejahteraan masyarakat membuat mereka sadar bahwa keberadaan hutan sangatlah penting baik dari sisi ekologi, ekonomi, maupun sosial. Masyarakat yang dulu melakukan perusakan hutan, kini berubah menjadi mencintai dan melestarikan hutan. “Pelibatan masyarakat secara tidak langsung akan mengurangi beban anggaran pemerintah dalam pengamanan hutan karena pengamanan hutan oleh masyarakat dilaksanakan secara swadaya," pungkas Sri Sultan. (dit/HUMAS MENPANRB)