Pin It

 

20150723 Bea cukai tj priok

JAKARTA – Upaya mengatasi masalah dwelling time di Pelabuhan Tanjung Priok terus dilakukan, salah satunya oleh Ditjen Bea Cukai yang  sudah menyiapkan sejumlah langkah. Targetnya, dwelling time bisa sama dengan di Port Klang, Malaysia yakni 2 hari, di Thailand 2-3 hari sedangkan di Singapura hanya 1 hari. 

Salah satu langkah itu terlihat dari perbaikan penggantian fasilitas computer yang ada di Kantor Pelayanan Utama (KPU)  Bea Cukai Tanjung Priok. "Saya datang ke sini waktu hari pertama bulan puasa. Dulu komputernya jadul kaya zaman tahun 80-an, lalu saya minta diganti agar bisa memberikan pelayanan yang lebih baik dan sekarang sudah diganti dengan yang lebih bagus. Ini baru yang namanya responsif," kata Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi (PANRB)  Yuddy Chrisnandi saat melakukan silaturahmi mendadak (Sildak) di kantor Bea dan Cukai Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta, Kamis (23/7). 

Yuddy mengatakan, kunjungannya kali ini untuk meyakinkan masyarakat bahwa Aparatur  Sipil Negara (ASN) pelayanan publik tidak mengenal hari libur. Seperti halnya di Pelabuhan  Tanjung Priok ini yang dituntut untuk terus beroperasi 24 jam untuk pelayanan ekspor impor, bongkar muat kapal dan sebagainya.

Kalau masyarakat masih beranggapan bahwa setelah libur lebaran dengan banyak  ASN yang bolos, ternyata ada stigma negatif itu tidak terbukti. Sejak awal, ujar Yuddy, Presiden Joko Widodo sudah mencanangkan revolusi mental aparatur sipil untuk mengubah mindset ASN dari yang sebelumnya tidak disiplin menjadi displin, dari yang bersikap seperti priyayi menjadi melayani, dari yang tidak reponsif menjadi responsif. “Revolusi mental ini sudah mulai menampakkan hasilnya dalam waktu 8 bulan," imbuh Yuddy. 

Yuddy juga mengungkapkan, pada hari pertama masuk kerja pasca libur Idul Fitri 1436 H, Rabu (22/07), dirinya sudah meninjau pelayanan publik di 10 instansi pemerintahan.  Ternyata,  semuanya sudah memberikan pelayanan dengan baik.  Demikian juga halnya di Pelabuhan Tanjung Priok ini, kesiapan operasionalnya sudah 80 persen meskipun setelah libur hari raya.

“Di Bea dan Cukai, saya tadi melihat hanya kurang dari 5 persen PNS yang ambil cuti, bukan bolos. Artinya ada kesadaran bahwa pelayanan publik merupakan tugas yang paling utama mereka," tutur Menteri yang didampingi Sekretaris Kementerian PANRB Dwi Wahyu Atmaji, Deputi Pelayanan Publik Mirawati Sudjono, Deputi RB Kunwas M. Yusuf Ateh, Deputi SDM Aparatur Setiawan Wangsaatmadja dan Staf Khusus Sri Rachma Candrawati..

Dirjen Bea dan Cukai Heru Pambudi mengatakan, untuk mengatasi masalah yang ada di Pelabuhan Tanjung Priok, khususnya terkait dwelling time. Pihaknya telah menyiapkan sejumlah tahapan.  "Ada beberapa tahapan yang sudah kita persiapkan untuk mengurangi waktu tunggu proses bongkar muat hingga keluar pelabuhan. Target kita proses itu akan sama seperti yang ada di Malaysia," kata Heru. 

Dibandingkan Singapura, Thailand dan Malaysia, ketiga negara tadi, di ASEAN Indonesia paling tinggi. Sebenarnya, sistem yang diterapkan di Tanjung Priok hampir sama dengan di Singapura, mulai pre customs clearance, customs clearance hingga post customs clearance.

Perbedaan yang menyebabkan arus barang keluar lebih cepat di pelabuhan Singapura, karena mereka  memiliki layanan fast trade seperti Indonesia National Single Window (INSW) yang terdiri dari berbagai kumpulan lembaga dengan sistem informasi lebih cepat. Perizinan impor sudah selesai semua di fast trade, sementara tugas customs hanya clearance. Sementara di Tanjung Priok, bagian customs juga wajib melakukan cek kembali di Lartas, termasuk perizinan lain-lain. Misalnya impor baja, siapa importirnya lalu persetujuan impor seperti apa. 

Di Singapura, tarif inap kontainer di pelabuhan sangat tinggi, sehingga mau tidak mau importir harus segera mengeluarkan barang secepatnya dari pelabuhan. "‎Di Singapura numpuk kontainer di pelabuhan mahal, sementara di luar sudah ada pergudangan‎ yang mereka bangun. (ns/ags/HUMAS MENPANRB)