JAKARTA - Daerah irigasi Serayu merupakan daerah irigasi teknis dengan layanan irigasi terbesar nomor tiga di Jawa Tengah yang membentang melintasi Kabupaten Banyumas, Kabupaten Cilacap, dan Kabupaten Kebumen. Daerah irigasi Serayu mampu mencukupi kebutuhan air untuk lahan pertanian seluas kurang lebih 20.000 hektar. Pemerintah Provinsi Jawa Tengah melalui Balai Pengelolaan Sumber Daya Air (PSDA) Serayu Citanduy terus berupaya meningkatkan produktivitas Daerah Irigasi Serayu dengan menginisiasi sebuah inovasi bernama Aplikasi Pembagian Air Irigasi atau Apem Asi.
Apem Asi adalah aplikasi berbasis daring yang mampu memberikan informasi secara terbuka kepada pemakai kepentingan dalam manajemen operasi irigasi Daerah Irigasi Serayu. Aplikasi ini dibangun untuk mengatasi permasalahan yang sering muncul pada operasi daerah irigasi, seperti kurangnya informasi dan sosialisasi kepada para petani atau pengguna air irigasi yang memicu konflik air irigasi karena tidak sesuai rencana masa tanam. Terlambatnya data pengelolaan manajemen Operasi (Blangko-O), penerapan pembagian air kurang akurat atau kurang sesuai dengan rencana pembagian air, serta kurangnya kinerja petugas pengelola irigasi di lapangan.
Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo mengungkapkan, Apem Asi lahir untuk menengahi saling rebut air diantara petani. Dampak positif yang dihasilkan oleh inovasi ini telah teruji selama tiga tahun sejak resmi dijalankan pada tahun 2015. Pemerintah Provinsi Jawa Tengah bahkan telah mengeluarkan Peraturan Gubernur No. 94/2018 yang menjamin penerapan untuk seluruh Balai PSDA di Wilayah Provinsi Jawa Tengah tahun 2019. “Apem Asi ini membawa hasil yang positif. Konflik antar petani menurun, produksi meningkat, hasilnya secara keseluruhan lebih baik, sudah teruji tiga tahun, maka harus disebarluaskan," ujarnya saat ditemui usai presentasi dan wawancara Kompetisi Inovasi Pelayanan Publik di Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi (PANRB) beberapa waktu lalu.
Perwakilan Pemerintah Provinsi Jawa Tengah saat mempresentasikan APEM ASI dalam presentasi dan wawancara Kompetisi Inovasi Pelayanan Publik tahun 2019 di Kementerian PANRB.
Perubahan drastis setelah implementasi Apem Asi ditunjukan dari data Indeks Pertanaman yang semula 230 pada tahun 2014 menjadi 285 pada tahun 2018. Produksi padi juga meningkat dari 304188,75 ton pada tahun 2014 menjadi 379478,16 Ton pada tahun 2018.
Output yang didapat dari pengembangan Apem Asi adalah transparasi pengelolaan operasi irigasi melalui publikasi rencana kebutuhan air per petak tersier, memberikan akurasi pemberian air sesuai rencana kebutuhan di setiap pintu tersier, efesiensi biaya, waktu, dan birokrasi manajemen operasi irigasi, dan optimalisasi kinerja manajemen operasi irigasi. “Aplikasi ini digunakan untuk pendistribusian air yang adil bagi para petani,” jelasnya.
Sebelum Apem Asi lahir, para petani yang memanfaatkan air dari daerah irigasi Serayu mengeluhkan tidak sampainya air ke sawah terutama saat musim kemarau. Hal ini terjadi karena kurangnya informasi kepada pengguna air saat sistem irigasi terputus (sistem gilir) dilakukan di musim tersebut.
Permasalahan lain adalah terlambatnya distribusi Blangko O dikarenakan kelangkaan petugas Pintu Air di lapangan serta panjangnya alur birokrasi pengisian Blangko O1 - Blangko O12. Hal itu berdampak pada terlambatnya analisis data ketersediaan air dan pembagian alokasi air per petak tersier. Efek domino yang ditimbulkan dari masalah ini terus berlanjut hingga pemberian air di pintu-pintu tersier menjadi tidak akurat, fase pertanaman pun menjadi tidak teratur terutama untuk para petani di bagian hilir yang tidak mendapat jatah air.
Apem Asi bertindak sebagai media penengah yang mengatur operasi irigasi. Inovasi ini mengubah pengisian blangko yang sebelumnya masih manual menjadi digital. Dengan Apem Asi, pengelolaan manajemen operasi irigasi menjadi lebih ringkas. Sebelumnya, pengelolaan irigasi harus mengikuti prosedur baku mulai dari usulan petani (Blanko-O1) runut hingga Blanko O-12. Kini birokrasi tersebut disingkat dengan menggabungkan Blanko-O8 (data debit ketersedian air yang dikirim oleh petugas operasi bendung) dan Blanko-O4 (koefisien pertanaman) yang diisi oleh pengelola UPT Balai PU SDA TARU Serayu Citanduy.
Data Blangko-O8 diperoleh secara realtime melalui layanan pesan singkat (SMS) oleh Penjaga Operasi Bendung, sementara Blangko-O4 dikirim melalui aplikasi chatting (Whatsapp) kepada petugas alokasi air di balai. Pemangkasan birokrasi distribusi Blangko-O ini mempersingkat waktu yang dibutuhkan dari yang semula 7 hari sekarang dapat diselesaikan dalam waktu 1 hari.
Apem Asi juga menggunakan prinsip transparasi pelayanan. Semua informasi terkait pengelolaan manajemen operasi irigasi dapat diakses secara online melalui situs http://sisdasercit.com. Pada menu Publikasi Alokasi Air, petani maupun pengguna air dapat melihat informasi ketersediaan air secara realtime dan skema distribusi air per petak tersier sesuai rencana pemberian air.
Ganjar berharap implementasi Apem Asi dalam pengelolaan manajemen operasi irigasi dapat menjadi rangsangan untuk peningkatan pelayanan prima kepada pemakai hak guna air, memberikan kesejahteraan kepada petani dan ikut berpartisipasi dalam menjaga ketahanan pangan nasional. “Pemerintah Jawa Tengah terus berupaya melayani masyarakat. Pelayanan mudah, murah, dan cepat itu yang harus terus diimplementasikan,” tutupnya. (rum/HUMAS MENPANRB)