Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil saat mempresentasikan inovasi Sistem Informasi Peta Peruntukan Lahan Perkebunan (Si Perut Laper) di Kantor Kementerian PANRB, Senin (08/07).
JAKARTA - Sepuluh inovasi dari berbagai pemerintah kota dan kabupaten tampil di hari kelima tahap wawancara dan presentasi Kompetisi Inovasi Pelayanan Publik (KIPP) 2019. Dari sepuluh inovasi yang tampil, Pemkot Tangerang mempresentasikan tiga inovasi dari dua dinas. Selain itu, dari wilayah Jawa Barat juga mendominasi wawancara hari ini, yakni dari Pemprov Jawa Barat, Pemkot Cimahi, Pemkab Bogor, serta Pemkab Bandung.
Inovasi pertama dari Pemkot Tangerang adalah Cageur Jasa, yang diciptakan oleh Dinas Kesehatan. Cageur diambil dari Bahasa Sunda yang artinya sehat. Inovasi ini adalah pendekatan pelayanan kesehatan yang mengutamakan upaya promotif, preventif, dan kuratif, yang diawali dengan pendataan setiap rumah dan pintu rumah, baik rumah warga yang sehat maupun rumah warga yang sakit, sampai dengan pemenuhan hak-hak kesehatan dasarnya, pemantauan status kesehatan keluarga, hingga evaluasi hasilnya.
Wakil Wali Kota Tangerang Sachrudin menjelaskan, inovasi ini diciptakan sejak 8 Agustus 2017. “Keluarga berkewajiban menjalankan perilaku hidup bersih dan sehat sehingga memungkinkan petugas dan warga sasaran untuk langsung bertatap muka,” jelas Sachrudin, di Kantor Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi (PANRB), Jakarta, Senin (08/07).
Dijelaskan, kegiatan kunjungan rumah dapat mendeteksi kejadian-kejadian sakit lebih awal dan mengubah strategi kuratif ke arah promotif, preventif, serta mendorong masyarakat untuk mampu hidup sehat secara mandiri dan mendekat kepada akses pelayanan kesehatan Puskesmas. Dalam menjalankan kunjungan rumah, petugas Cageur Jasa dilengkapi dengan pakaian dan Kendaran roda dua khusus Cageur Jasa. “Keunggulan program ini adalah adanya jemput sasaran oleh petugas kesehatan ke rumah warga sehingga petugas dan warga dapat langsung berinteraksi secara langsung mengenai permasalahan kesehatan yang ditemukan,” ujar Sachrudin.
Inovasi kedua dari Dinas Kesehatan Pemkot Tangerang adalah Sapa Sehat, yang bertujuan untuk menjawab masalah yang berkaitan dengan penyakit tidak menular (PTM). Pencegahan penyakit tidak menular dalam Sapa Sehat meliputi pemindaian faktor resiko bagi seluruh masyarakat usia produktif (15-59 tahun), sehingga bila ditemukan masyarakat yang memiliki faktor resiko PTM dapat segera ditindaklanjuti.
“Selain itu, sebagai sarana promotif dan preventif melalui sosialisasi Gerakan Masyarakat Hidup Sehat. Karena selain pemindaian kesehatan, dalam kegiatan Sapa Sehat dilakukan juga senam serta makan sayur dan buah bersama,” imbuh Sachrudin.
Masih dari Pemkot Tangerang, Sachrudin mempresentasikan inovasi Aplikasi Perizinan Online Terintegrasi 123. Inovasi ini diciptakan oleh Dinas Komunikasi dan Informatika Kota Tangerang.
Perizinan Online merupakan inovasi yang dikembangkan dengan memfasilitasi 123 jenis perizinan dengan peruntukan baru dan perpanjangan, terintegrasi dengan rekomendasi dari Organisasi Perangkat Daerah (OPD) teknis dengan menggunakan NIK sebagai Single Sign On (SSO).
Sejak diluncurkan, masyarakat yang menggunakan Sistem Perizinan Online ini sebanyak 27.581 dengan jumlah perizinan yang disetujui sebanyak 11.200 dan 1.785 masih dalam proses, lainnya ditolak sebanyak 14.596. “Sistem Perizinan Online telah memotong rentang birokrasi dalam permohonan rekomendasi kepada OPD teknis terkait perizinan menjadi satu pintu melalui Sistem Perizinan Online,” imbuh Sachrudin.
Inovasi berikutnya berasal dari Pemkot Cilegon, Banten. Melalui Dinas Kesehatan, Pemkot Cilegon menciptakan inovasi Gerakan Warga Binaan Peduli Kesehatan (Kader Gegana Pedes). Inovasi Kader Gegana Pedes bertujuan memberdayakan narapidana untuk kegiatan yang berkaitan dengan kesehatan. Sebab, yang benar-benar mengetahui masalah kesehatan adalah dari WBP itu sendiri.
Kader Gegana Pedes merupakan pelapor kesehatan yang ada di lapangan, mereka yang sehari-hari terlibat langsung dengan aktivitas para narapidana di lapas, sehingga para kader ini yang sangat tahu tentang kondisi kesehatan di lapas. Para kader Gegana Pedes mengawasi, memberikan penyuluhan, dan melaporkan kondisi kesehatan di lapas kepada petugas kesehatan di lapas. “Adanya mereka sangat membantu sekali untuk mempersingkat waktu dan memotong alur temuan kasus kesehatan bagi WBP di lapas, yang akhirnya akses pelayanan kesehatan di lapas benar-benar sigap, tanggap, bermutu, dan berkualitas,” jelas Wali Kota Cilegon Edi Ariadi.
Sesi pertama ditutup oleh inovasi Kelurahan Siaga Sehat Jiwa (Rasa Sejiwa) yang diinisiasi oleh Pemkot Padang, Sumatera Barat melalui Puskesmas Nanggalo. Rasa Sejiwa bertujuan mengatasi permasalahan terkait Orang Dengan Gangguan Jiwa (ODGJ). Kelurahan Siaga Sehat Jiwa di Kelurahan Kurao Pagang mengatasi masalah terkait ODGJ dengan menggerakkan masyarakat menggunakan strategi seperti sosialisasi, penggalangan komitmen dengan lintas sektor, pelatihan kader, pemetaan kesehatan jiwa masyarakat, pembinaan, dan evaluasi kader.
Kader sehat jiwa dilatih dan ditugaskan melakukan pemetaan terhadap masyarakat sehingga diketahui kondisi kesehatan jiwa masyarakat yang terbagi dalam tiga kategori, yaitu keluarga sehat, keluarga dengan masalah psikososial, dan keluarga dengan gangguan jiwa. Wali Kota Padang Mahyeldi mengungkapkan, setiap kader wajib melaporkan setiap penemuan kasus baru. “Juga menggerakkan masyarakat untuk kegiatan penyuluhan kesehatan jiwa,” imbuhnya.
Mengawali sesi dua, Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil mempresentasikan inovasi Sistem Informasi Peta Peruntukan Lahan Perkebunan (Si Perut Laper). Inovasi yang dikembangkan pada tanggal 13 Agustus 2016 ini, adalah suatu inovasi tentang arahan pemanfaatan peruntukan lahan untuk kebutuhan lahan budidaya komoditas perkebunan melalui analisis tumpang tindih peta.
Ridwan Kamil mengatakan, aspek peta itu meliputi topografi, jenis tanah, geologi, dan klimatologi, yang dipadukan dengan standar kesesuaian lahan berbagai komoditas perkebunan, sehingga menghasilkan suatu informasi tentang arahan pemanfaatan lahan untuk komoditas perkebunan tertentu. “Inovasi ini diciptakan sejalan dengan banyaknya pertanyaan di kalangan petani perkebunan maupun masyarakat umum, yaitu tentang pilihan komoditas perkebunan apa yang paling cocok untuk dibudidayakan pada kondisi lahan miliknya masing-masing,” jelas Ridwan Kamil.
Berikutnya adalah inovasi dari Pemkab Bandung, yakni Pangulinan Cacah Menak - Taman Edukasi Lalulintas Sabilulungan (Pacantells). Pacantells adalah nama taman edukasi lalu lintas yang dikembangkan Dishub Kabupaten Bandung. Bupati Bandung Dadang M. Naser mengatakan, di taman ini, masyarakat bisa belajar mengenai aturan di jalan raya. Edukasi ini tentu untuk menekan angka kecelakaan, terutama untuk anak yang belum memiliki Surat Izin Mengemudi (SIM).
Setelah Pemkab Bandung, giliran Pemkot Cimahi menampilkan inovasi Gastrodiplomasi Cirendeu. “Ini merupakan inovasi pemanfaatan kearifan lokal warga adat Cireundeu yang selama 100 tahun secara konsisten tidak memakan nasi dari beras melainkan rasi yang terbuat dari singkong dengan kandungan sianida yang tinggi,” ujar Wali Kota Cimahi Ajay Muhammad Priyatna di hadapan para Tim Panel Independen.
Walaupun bahan mentahnya beracun, warga adat Cireundeu mampu menghasilkan pangan yang aman, berserat tinggi, bergizi, rendah kadar gula, dan beragam. Dalam praktik pertaniannya, warga Cireundeu memperlakukan alam secara bijak.
Kerjasama dan komunikasi yang intensif dilakukan dengan pengurus adat sehingga 60 warga bersedia untuk terlibat dalam menyediakan bahan rasi bagi tamu dan wisatawan. Juga dilakukan pembinaan kepada 15 warga yang bersedia rumahnya dijadikan penginapan dan anak-anak yang tertarik untuk berkesenian dan melestarikan permainan tradisional. “Sejak dimulainya program ini, terjadi peningkatan pengunjung secara signifikan sebesar 33 persen per bulannya,” jelas Ajay.
Selanjutnya adalah Pemkab Bogor dengan inovasi Si Dalimu Daliya, yakni inovasi berbasis teknologi informasi yang dimanfaatkan untuk melakukan kegiatan Kendali Mutu dan Kendali Biaya. Inovasi ini diciptakan oleh RSUD Ciawi untuk melakukan pemantauan mutu dan biaya selama pasien dalam masa perawatan maupun untuk kepentingan evaluasi ketepatan pemberian layanan medis pasca-perawatan pasien.
Terakhir, adalah inovasi dari Pemkot Manado yang dinamakan Portal Analisis Data Berbasis Peta (Panada). Panada merupakan terobosan Pemerintah Kota Manado untuk penyediaan data dan informasi dalam bentuk sistem yang berbasis situs yang tersaji secara online.
Dengan menggunakan sumber daya yang ada, inovasi ini berkembang sebagai sarana pembelajaran di bidang geospasial, sebagai tempat praktek lapangan dan penelitian. “Selain itu dengan adanya ruang inovasi sebagai tempat untuk mengolah data dan informasi merupakan tempat juga masyarakat menciptakan inovasi yang baru,” pungkas Wali Kota Manado GS Vicky Lumentut. (don/HUMAS MENPANRB)