PALANGKARAYA - Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Biokrasi (PANRB) Yuddy Chrisnandi mengatakan, untuk pertama kalinya di forum resmi disebutkan gelarnya sebagai Professor. Diakuinya bahwa gelar itu memang baru diketahui hari Kamis (16/04) setelah mendapat surat dari Menristek dan Dikti, dan tengah dipersiapkan untuk pengukuhannya dalam beberapa waktu mendatang.
Hal itu dikatakan Yuddy saat beraudiensi dengan jajaran Aparatur Sipil Negara Provinsi Kalimantan Tengah di Palangkaraya, Jumat (17/04). “Pemberian gelar ini merupakan amanah yang sangat besar buat saya. Sebagai pembantu Presiden saya harus lebih meningkatkan pengabdian kepada bangsa dan negara,” ujarnya.
Lebih lanjut Yuddy mengatakan, dalam membangun tata kelola pemerintahan diperlukan perlu leadership yang handal dan mumpuni. Tetapi untuk Kalimantan Tengah tidak perlu diragukan, karena Menteri tahu bahwa Gubernur Kalteng Agustin Teras Narang mereupakan sosok yang memenuhi kriteria ini. “Saya yakin bahwa Provinsi Kalimantan Tengah mampu menjadi daerah poros ekonomi di luar Pulau Jawa. Di bawah kepemimpinan Pak Teras Narang, perekonomian di Kalteng tumbuh 7,34%, di atas rata-rata daerah lain,” imbuhnya yang disambut meriah para hadirin.
Yuddy mengatakan pentingnya akuntabilitas dalam tata kelola pemerintahan. Di sini peran ASN sangat dibutuhkan, selain harus melaksanakan tugas dan fungsinya secara efektif dan efisien. Namun disadari bahwa tidak semua SDM aparatur mempunyai kapasitas dan kapabilitas yang sama. Karena itu harus selalu diusahakan untuk meningkatkan kapasitas SDM yang sudah ada, sehingga cita-cita untuk menjadikan pemerintahan berkelas dunia dapat segera terwujud.
Dalam pertemuan dengan ASN di Bumi Tambun Bungai Palangka Raya Kalimantan Tengah itu, Prof. Yuddy Chrisnandi juga menyampaikan pentingnya dilakukan revolusi mental di kalangan aparatur negara. Menurutnya, setidaknya ada tiga hal yang harus dilakukan dalam revolusi mental, yaitu melaksanakan pemerintahan dengan efisien dan efektif, mengubah culture set, serta mengubah mindset. “Kita harus bertransformasi untuk meninggalkan mental priyayi menjadi birokrat yang melayani,” ujarnya. (khr/HUMAS MENPANRB)