JAKARTA – Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Yuddy Chrisnandi mengungkapkan, fokus reformasi birokrasi pada periode 2015 – 2019 adalah pada perubahan mental birokrasi, dari dilayani menjadi melayani, feodal menjadi merakyat, distrust menjadi trust. Dengan demikian akan tumbuh dan berkembang perilaku birokrasi berbudaya kerja yang bersih, jujur, melayani, disiplin, ramah, bertanggungjawab, produktif, kreatif, kerja keras dan ikhlas serta gigih dan kooperatif.
Hal tersebut diungkapkan Menteri PANRB, Yuddy Chrisnandi saat acara diskusi publik Revolusi Mental ‘Sutan Takdir Alisyahbana Menuju Manusia Indonesia Progresif’ di Universitas Nasional, Jakarta, Sabtu (25/4). “Hanya dengan budaya birokrasi yang seperti itu kita akan mampu mewujudkan Indonesia yang berdaulat, mandiri dan berkepribadian berlandaskan gotong royong," ujarnya.
Yuddy mengatakan, konsep revolusi mental yang diajukan Presiden Jokowi merupakan buah pemikiran yang muncul dari rasa kekhawatiran, kepekaan dan lebih jauh lagi mengajukan rasa keIndonesiaan. “Revolusi mental adalah sebuah proses untuk merubah secara drastis perilaku dan mental negatif yang sudah melekat dan membudaya dalam diri setiap warga negara,” katanya.
Dia mengatakan ada beberapa upaya yang dapat dilakukan untuk meningkatkan rasa Indonesia melalui revolusi mental yaitu membangun karakter bangsa menjadi keIndonesiaan yang melekat pada seluruh hati dan jiwa bangsa. Kemudian totalitas yang merupakan upaya maksimal dari seluruh jajaran pimpinan dan seluruh elemen masyarakat untuk bersatu dan berjuang bersama membangun kembali rasa ke-Indonesiaan.
“Kita juga perlu mengkampanyekan revolusi mental secara masif, di seluruh lapisan masyarakat melalui berbagai cara dan media, serta memberikan teladan dari pimpinan tertinggi ke jajaran terendah karena kita sangat mengidolakan contoh-contoh yang baik untuk menjadi panutan dalam berperilaku,” kata Yuddy.
Selain itu, juga harus menciptakan kebanggaan nasional, eksistensi bangsa ini di lingkungan global akan membuat kita menjadi bangga sebagai bangsa Indonesia. Selain itu, harus membangun atau menegakkan instrumen-instrumen yang mengarahkan setiap bangsa ini untuk berperilaku sesuai karakter bangsa.
“Bagi saya, Sutan Takdir Alisyahbana adalah seorang revolusioner di zamannya. Sekalipun berpolemik sejak usia muda, rekam jejak STA bisa dengan mudah kita tangkap, yakni tetap hadir di dalam ruang-ruang ilmu pengetahuan. STA tidak menjadi korban bagi revolusi kebudayaan yang beliau pikirkan dan perdebatkan, malahan terus mendapatkan murid sepanjang hidupnya,” kata Yuddy.
Untuk itu, menurut Yuddy, capaian-capaian yang sudah diraih oleh STA dan generasinya perlu dipertahankan, lalu generasi sekarang membangun strategi kebudayaan sendiri guna menambah tabungan kebudayaan ini. Tugas negerasi sekarang adalah memperkaya khazanah ilmu pengetahuan yang dimiliki bangsa ini, sehingga mampu menghadapi beragam bentuk tantangan zaman baru yang terus berubah ini. "Jangan sampai generasi sekarang justru meninggalkan rekam jejak yang buruk, hitam dan malah menghancurkan generasi mendatang,” kata Guru Besar FISIP Unas tetsebut.
Sementara itu, Presiden RI ke – 6, Susilo Bambang Yudhoyono yang hadir sebagai pembicara kunci, mendukung 100 persen konsep revolusi mental yang digulirkan pemerintahan Jokowi. Menurutnya, revolusi mental adalah merubah charakter buildings yang tidak harus dengan pertumpahan darah. “Revolusi mental itu tiada lain adalah perubahan fundamental total atas alam pikiran seseorang. Jadi kalau kita ingin maju maka mari kita baca makna revolusi mental itu sendiri untuk kemudian kita terapkan,” tegas SBY.
SBY menuturkan, revolusi mental pernah hidup pada abad ke 18 oleh tiga tokoh yaitu Hegel, Karl Max dan Frederich Angle. Dalam pemikiran mereka, revolusi mental yang sebenarnya adalah sebuah fundamental ajaran Marxisme yang jadi komunisme. Intinya, lanjut SBY, yang harus di revolusi mental kaum proletar agar jadi progresif yang bisa meniadakan struktur penindasan. "Kemudian Jokowi mengangkat revolusi mental. Apa maksudnya ? Saya baca tulisan beliau, saya pahami yang dimaksudkan Jokowi tentang revolusi mental tidak sama sebenarnya dengan yang dicetuskan Marx Hegel dan Angle," kata SBY.
SBY menuturkan Jokowi merubah karakter revolusi mental. Ia mengakui memang ada satu dua hal yang berbeda dengan pemikirannya. Namun, SBY mengatakan dirinya menghormati pemikiran Jokowi, bahwa itu merupakan revolusi mental ala Jokowi. "Kan ada istilah sesama bus kota dilarang saling mendahului," canda SBY.
Sementara itu, terkait revolusi mentak ala STA, ia menyebut ada tranfsormasi kebudayaan, teknologi dan ekonomi. "Yang kita tuju adalah masyarakat yang baik masyarakat maju, dan pemerintahan yang baik," kata dia.
Dalam acara tersebut, Menteri PANRB Yuddy Chrisnandi juga berkesempatan meresmikan Badan Konseling Integritas Bangsa di Universitas Nasional. Menurut Rektor Unas, El Amry Bermawi Putera, keberadaan Badan Konseling Integritas Bangsa ini yaitu mendampingi para peserta didik selama mereka menuntut ilmu hingga menjadi sarjana yang sesuai dengan kompetensinya masing-masing. “Mereka inilah yang diharapkan akan bertindak sebagai agen perubahan untuk bangsa,” kata El Amry. (ns/HUMAS MENPANRB)