JAKARTA - Untuk mewujudkan kedaulatan pangan, data produksi padi/beras yang akurat merupakan sebuah keharusan. Data tersebut merupakan instrumen kunci dalam perencanaan dan evaluasi kebijakan pemerintah untuk mencapai swasembada.
Selama ini, ketidakakuratan data produksi padi/beras nasional merupakan isu utama dalam debat kebijakan dan politik dibidang pangan. Disasosiasi antara data produksi beras nasional dengan kebijakan impor kerap kali terjadi.
Banyak pihak menengarai bahwa data produksi padi/beras yang dihasilkan Badan Pusat Statistik (BPS) overestimate atau lebih tinggi dari kondisi riil di lapangan. Kondisi ini mengakibatkan bias kebijakan terkait importasi untuk pengendalian harga, manajemen stok, perdagangan, dan distribusi beras terus terjadi.
Sebagai solusi dari permasalahan tersebut, BPS didukung oleh BPPT, Kementerian ATR/BPN, BIG, LAPAN, dan Kementerian Pertanian melakukan inovasi Radar Padi (Raih data akurat padi dengan metode kerangka sampel area untuk mendukung kebijakan pangan). Melalui inovasi ini, BPS mengembangkan metode baru dalam mengestimasi luas panen padi, yang merupakan komponen utama dalam perhitungan produksi padi/beras, dengan memanfaatkan teknologi informasi mutakhir. Metode ini dikenal dengan nama Kerangka Sampel Area (KSA).
Kepala BPS Suhariyanto saat presentasi dan wawancata Kompetisi Inovasi Pelayanan Publik di Kementerian PANRB
Kepala BPS Suhariyanto mengatakan, dahulu untuk menentukan luas panen, BPS menggunakan data eye estimate (pandangan mata). "Jadi kita ke sawah, kira-kira berapa ya luasnya. Tentunya kalo perkiraan tersebut tidak akurat," ujarnya saat presentasi dan wawancata Kompetisi Inovasi Pelayanan Publik (KIPP) di Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi (PANRB) beberapa waktu lalu.
Lanjutnya dikatakan, dalam pengukuran perlu metodologi yang lebih baik agar hasil lebih objektif dan munculah inovasi Radar Padi. "Jadi kita menggunakan citra satelit, kita menggunakan foto untuk datang ke lokasi, sawahnya kita foto dan kita kirim ke server. Jadi yang paling penting disini pengukurannya objektif dan transparan," jelasnya.
Inovasi Radar Padi telah diimplementasikan sejak 2018 dan menandai dimulainya era baru data produksi beras nasional. Dengan Radar Padi, data produksi yang dihasilkan lebih objektif, akurat, cepat, dan modern.
Pada Oktober 2018, data luas panen dan produksi beras dengan menggunakan metode KSA dirilis. Data tersebut dapat memenuhi kebutuhan pemerintah terkait informasi kuantitas dan sebaran produksi padi/beras nasional.
Saat ini, data tersebut masih terus dikumpulkan setiap bulan. Hasilnya dimanfaatkan secara berkala sebagai input dan landasan pembuatan kebijakan oleh sejumlah lembaga pemerintah, seperti
BULOG, Bappenas, Kemenko Bidang Perekonomian, Kementerian Perdagangan, Kementerian Pertanian, Kantor Staf Presiden, dan Sekretariat Wakil Presiden. (rr/HUMAS MENPANRB)