Menteri Luar Negeri Retno Marsudi saat menerima penghargaan Top 45 KIPP 2019 dari Wakil Presiden RI Jusuf Kalla di Istana Wakil Presiden, Jakarta, Selasa (15/10).
JAKARTA – Inovasi Kedutaan Besar RI (KBRI) Jaman Now yang diciptakan KBRI Kuala Lumpur, Malaysia, mengantarkan Kementerian Luar Negeri masuk dalam daftar Top 45 Inovasi Pelayanan Publik 2019. Bagi Menteri Luar Negeri Retno Marsudi, inovasi adalah sebuah usaha untuk memperbaiki dan revolusi cara berpikir.
Menteri Retno menjelaskan, inovasi tersebut mengandung nilai pemberdayaan masyarakat melalui pembekalan dan pelatihan. Warga Negara Indonesia (WNI) dan buah hatinya yang tidak mendapat akses pendidikan di Malaysia, diberikan pendidikan layak oleh KBRI. Inovasi ini akan terus dikembangkan, khususnya untuk memberi layanan kepada WNI.
“Dari waktu ke waktu, teman-teman (KBRI) terus berupaya memperbaiki dan revolusi cara pikir dalam konteks melindungi WNI,” ungkap Menteri Retno usai menerima pengahargaan Top 45 Kompetisi Inovasi Pelayanan Publik (KIPP_ 2019 oleh Wakil Presiden Jusuf Kalla, di Istana Wakil Presiden, Jakarta, Selasa (15/10).
Menteri Retno mengatakan dengan masuknya KBRI KL Jaman Now ke Top 45, menjadi pemicu semangat Kementerian Luar Negeri untuk terus memberikan pelayanan yang baik. "Ini akan menjadi penyemangat kita untuk terus memberikan pelayanan terbaik dan inovatif kepada masyarakat," ujarnya.
Ditegaskan, Kemenlu siap bersaing dengan inovasi-inovasi besar lainnya. Retno mengaku, dari tahun ke tahun setiap unit kerja di Kemenlu sudah melakukan ‘investasi’ inovasi. “Pokoknya kita semangat untuk terus melakukan inovasi,” tegasnya.
Lahirnya inovasi KBRI KL Jaman Now menjadi penyemangat bagi jajaran di instansinya untuk terus memberikan pelayanan yang terbaik dan inovatif kepada masyarakat. KBRI Kuala Lumpur termasuk kedutaan yang tantangan pelayanannya luar biasa, dahulu pelayanannya harus dilakukan dengan antrean yang banyak, hingga WNI harus menginap di luar kantor kedutaan. Namun dengan inovasi ini tidak ada lagi orang yang mengantre.
KBRI KL mencoba memecahkan masalah tersebut. Akhirnya, KBRI membuka pelayanan untuk kekonsuleran selama 24 jam selama 7 hari, dengan tujuan menghindari terjadi penumpukan. Disampaikan bahwa saat bicara masalah pelayanan ataupun perlindungan pada WNI, pihaknya telah melakukan hal yang terbaik. Seiring berjalannya waktu, teman-teman di KBRI terus berusaha untuk memperbaiki dan revolusi cara pikir atau mindset dalam konteks supaya melindungi WNI.
Menurutnya, setiap KBRI memiliki standar pelayanan masing-masing, namun ada yang menjadi keharusan yaitu kecepatan dan kepedulian. Dalam hal ini, KBRI KL melakukan inovasi yang berujung pada pelayanan yang lebih baik dan tidak hanya kekonsuleran keimigrasian semata. Terdapat Program Community Learning Center (CLC) yang merupakan bagian dari inovasi KBRI KL Jaman Now. Kegiatan ini dilakukan melalui pelatihan WNI bermasalah yang disebut Saya Mau Sukses di perkebunan kelapa sawit. Di Negeri Jiran itu, mereka diberi pelatihan keterampilan dan pendidikan.
Program Saya Mau Sukses membangkitkan kesadaran akan pentingnya keahlian untuk kualitas hidup yang lebih baik, serta ilmu kewirausahaan untuk dapat secara mandiri membuka usaha dan bahkan dapat membuka lapangan kerja untuk warga lainnya. Melalui CLC dan Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat, makin banyak WNI yang berpendidikan dan dapat menggapai masa depan lebih baik.
Sebagai perwakilan negara, KBRI juga harus memikirkan pendidikan bagi anak tenaga kerja Indonesia (TKI). Menurut Menteri Retno, Presiden RI Joko Widodo menyampaikan agar CLC Indonesia mendapat perhatian dari pemerintah Malaysia. Penambahan jumlah CLC dalam beberapa tahun terakhir ini peningkatannya sangat signifikan. “Kita tidak hanya pelayanan on the spot tetapi kita memikirkan pemberdayaan tenaga kerja saat kembali ke Indonesia dan memikirkan pendidikan bagi keluarganya jadi ini paket komplit,” pungkasnya. (byu/HUMAS MENPANRB)