JAKARTA - Data kemiskinan Kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur, menunjukkan terdapat 4.828 orang lansia miskin sebatang kara. Mereka memenuhi kebutuhan hidupnya, terutama pangan, dengan bergantung pada belas kasihan tetangganya. Mengatasi hal itu, Pemerintah Kabupaten Banyuwangi menciptakan inovasi pelayanan publik yang dinamakan Memuliakan Lansia Miskin Terlantar Sebatang Kara atau Rantang Kasih, dengan memberikan makanan bergizi setiap hari kepada lansia kurang mampu dan terlantar.
Tujuan utamanya adalah memenuhi kebutuhan hidup lansia yang kurang mampu di Kabupaten Banyuwangi. Dalam pelaksanaannya, Pemkab Banyuwangi bekerja sama dengan ojek online. “Untuk memberikan bantuan makanan kepada penduduk yang sebatang kara, lansia, dengan mengirim makanan dua kali sehari setiap harinya, dan kita libatkan ojek online untuk mengantar makanannya,” ungkap Bupati Banyuwangi Abdullah Azwar Anas dalam presentasi dan wawancara Kompetisi Inovasi Pelayanan Publik (KIPP) di Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi (PANRB) beberapa waktu lalu.
Azwar menjelaskan, makanan yang diantar tidak berada di pusat kota, tetapi juga melibatkan warung-warung terdekat, sehingga makanan tetap hangat dan gizi terjaga. Selain itu, peranan dokter dan perawat puskesmas juga dilibatkan dalam program Rantang Kasih. Pelibatan tenaga medis itu untuk mengawasi jenis daging yang boleh dikonsumsi oleh para lansia. Tenaga medis juga memastikan kondisi tubuh lansia, sehingga bisa mengetahui gizi yang diperlukan.
Pemkab Banyuwangi dalam presentasi dan wawancara Kompetisi Inovasi Pelayanan Publik (KIPP) di Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi (PANRB)
Dimulai sejak Oktober 2017 lalu, program ini hadir untuk kurang lebih sebanyak 1.000 orang lansia di 25 kecamatan. Dalam hal pengantaran makanan juga tergolong mudah, Pemkab Banyuwangi telah membangun aplikasi jalin kasih berbasis geospasial yang berisi titik-titik lokasi penerima Rantang Kasih. “Setidaknya ada 109 penyedia Rantang Kasih menyebar diseluruh Banyuwangi,” imbuh Azwar.
Prioritas pelayanan Rantang Kasih adalah lansia sebatang kara miskin usia 60 tahun ke atas, hidup sebatang kara dalam arti tinggal sendiri di rumah tanpa keluarga serta tidak mempunyai mata pencaharian dan penghasilan. Mereka yang juga masuk kategori prioritas, yakni tidak dapat memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari, dalam hal ini kebutuhan pangan.
Inovasi ini tidak hanya memenuhi kebutuhan gizi lansia saja, namun juga berupaya menyejahterakan lansia miskin sebatang kara. Dalam pelaksanaanya, program ini juga bersinergi dan berkolaborasi dengan berbagai pihak, seperti Badan Amil Zakat Nasional (Baznas) dan swadaya masyarakat. Sebanyak 1.555 lansia miskin sebatang kara diberikan Rantang Dhuafa oleh Baznas, 562 orang ditangani oleh desa dan 109 orang ditangani oleh swadaya masyarakat. Keberhasilan Rantang Kasih sebagai salah satu program penanggulangan kemiskinan dapat dilihat dari penurunan angka kemiskinan di Kabupaten Banyuwangi dari 8,64 persen ditahun 2017 menjadi 7,8 persen di tahun 2018.
Azwar berharap dengan Rantang Kasih, persoalan-persoalan sosial dapat ditangani. “Harapan kami, disamping soal kemajuan, ada soal sosial yang harus tertangani sebagai bentuk negara hadir, karena masih kurang optimal meskipun daerah maju, pendapatan daerah tinggi, soal sosial ini tidak tertangani,” tutupnya. (fik/HUMAS MENPANRB)