Pin It

20180808 Lipsus Top 99

 

JAKARTA - Permasalahan yang muncul dari kekambuhan Orang Dengan Gangguan Jiwa  (ODGJ) adalah ketidakmampuan ODGJ berproduktivitas atau berhentinya kemampuan berproduktivitas. ODGJ yang menjadi pasien di RSJD Dr. RM. Soedjarwadi terutama pasien rawat inap cenderung dikucilkan dan tidak diterima oleh masyarakat bahkan oleh keluarga sendiri. Saat Pasien sudah dinyatakan stabil dan diperbolehkan pulang oleh Dokter Penanggung Jawab Pelayanan (DPJP), keluarga dan masyarakat enggan menjemputnya, karena ODGJ dianggap menjadi beban secara ekonomi, psikologis dan sosial di keluarga.

Selama ini pelayanan kesehatan bagi ODGJ hanya berfokus pada pasien saat di rumah sakit. Setelah pasien diperbolehkan pulang pasca rawat inap, rumah sakit tidak memantau pasien selama di rumah. Akibatnya, beberapa hari di rumah, keluarga sudah mengantarkan pasien kembali ke rumah sakit. Selain itu sebagian pasien tidak datang untuk kontrol rawat jalan  yang akhirnya beberapa minggu kemudian pasien masuk kembali untuk opname karena kekambuhan. Sehingga ditahun 2017 didapatkan 30 persen rawat Inap jiwa di Rumah Sakit merupakan pasien readmisi lebih dari 2 kali pertahunnya.

“Untuk menanggulangi permasalahan tersebut, Rumah Sakit Jiwa Daerah Dr. RM. Soedjarwadi mengembangkan inovasi membangun inovasi Sistem Terapi Paripurna Melalui Pemberdayaan Orang Dengan Gangguan Jiwa (Si Terpa Daya Jiwa), yang merupakan sistem terapi rehabilitasi paripurna dimulai saat pasien masuk ke rumah sakit, opname, pulang dan kesinambungan pemantauan selama di rumah,” ujar Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo saat wawancara dan presentasi Top Inovasi Pelayanan Publik 2018 di Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi (PANRB).

Dijelaskan bahwa inovasi Si Terpa Daya Jiwa dilakukan dengan cara pasien rawat inap atau rawat jalan (day care) dikirim oleh DPJP untuk mendapatkan terapi rehabilitasi psikososial, kemudian dilakukan assesmen oleh psikiater, psikolog, perawat, pekerja sosial dan okupasi terapist untuk menetukan terapi sesuai bakat dan minat. Selanjutnya pengukuran tingkat Produktivitas yang dilakukan sebelum masuk sesi terapi maupun setelah selasai sesi terapi sebagai evaluasi, menggunakan kuisener COTE (Comprehensive Occupational Therapy Evaluation).

Langkah selanjutnya terapi kerja oleh pendamping rehabilitan berdasarkan bakat minat ODGJ  sesuai dengan modul terapi, sehingga ODGJ mampu menghasilkan sebuah produk, dan kemudian melakukan kunjungan rumah (home visit) dalam upaya pendampingan/ mentoring ODGJ dan keluarganya dan meningkatkan kerjasama ke pemerintah desa, kecamatan dan puskesmas.

20181022 ganjar odgj

Gubernur Jateng Ganjar Pranowo menyalami Tim Panel Independen KIPP 2018 di Kementerian PANRB

 

Inovasi yang masuk Top 99 Inovasi Pelayanan Publik 2018 ini memberikan hasil dalam peningkatan kesehatan fisik dan mental serta meningkatkan kemampuan ODGJ dalam kemandirian. Kemampuan ODGJ dalam berproduksi di rumah memberikan dampak positif dalam memupuk rasa percaya diri, sehingga ODGJ bisa kembali ke lingkungan dan meningkatkan kemampuan ekonomi yang pada akhirnya menurunkan kekambuhan. ODGJ yang mengikuti inovasi Si Terpa Daya jiwa berpengaruh terhadap peningkatan produktivitasnya.

Manfaat dari inovasi Si Terpa Daya Jiwa dapat dilihat dari 28 ODGJ yang mengikuti Si Terpa Daya Jiwa, pada tahun 2017 sampai dengan bulan Juni 2018 hanya 1 ODGJ yang rawat inap kembali ke Rumah Sakit.  Dari 28 ODGJ di tahun 2017, terdapat sebanyak 5 orang yang mampu membuat pojok produksi dirumahnya, dan di tahun 2018 terdapat 7 (tujuh)  ODGJ yang mampu membuat pojok produksi. 2 (dua) diantara ODGJ yang memiliki keterampilan dari proses terapi ini juga mampu mengajarkan ketrampilannya kepada keluarga/teman dekatnya. Produk yang dihasilkan ODGJ di tempat tinggalnya melalui pojok produksi berupa batik tulis, lampu hias, hanger, gantungan kunci, sprei, beraneka kripik dan sebagainya.

“Pelaksanaan inovasi Si Terpa Daya Jiwa melibatkan Sumber Daya Manusia Kesehatan Psikiater, Psikolog, Tenaga Perawatan, Okupasi terapi, Pekerja Sosial dan pendamping ketrampilan Rehabilitan melalui Unit Biologis Instalasi Rehabilitasi Psikososial dan Instalasi Kesehatan Jiwa Masyarakat (Keswamas) di Rumah Sakit,” ujarnya.

Menurutnya inovasi Si Terpa Daya jiwa memberikan keberhasilan perawatan ODGJ di RSJD Dr. RM. Soedjarwadi yang tidak hanya menghilangkan gejala (pulih dari sakit), tetapi juga kembalinya ODGJ untuk berdaya guna dan produktif, yaitu bahwa ODGJ mendapat stimulan untuk dapat membuat  pojok produksi di tempat tinggalnya. Modal usaha untuk stimulan ini selain merupakan Corporate Social Responsibility (CSR) rumah sakit juga melibatkan Unit Pengumpul Zakat (UPZ)  RSJD DR. RM. Soedjarwadi dan program Gerakan Lima Ribu (Gelibu) Rumah Sakit.

Hasil produksi ODGJ tersebut dipasarkan melalui Galeri Hasil Karya Rehabilitan RSJD DR. RM. Soedjarwadi baik secara langsung maupun online. Hasil produksi ODGJ berupa produk merchandise maupun makanan mempunyai nilai jual yang cukup baik sehingga ODGJ mampu menghasilkan uang dari hasil penjualan produknya. Hasil karya ODGJ juga beberapa kali dipesan oleh Mahasiswa mancanegara yang pernah melakukan kunjungan di RSJD Dr. RM. Soedjarwadi untuk dijual kembali di negaranya yaitu Philipina. (byu/HUMAS MENPANRB)