Oleh: Suwardi (Pranata Humas Madya Kementerian PANRB)
Tangan dingin Sutopo membuat unit kerja yang dipimpinnya di Badan Nasional Penanggulangan Bencana bisa dikenal luas.
Penikmat media mungkin sudah tidak asing lagi mendengar namanya. Di tengah gencarnya hoaks tak bertanggung jawab serta minimnya pengetahuan orang awam soal bencana, dia adalah suara yang paling kredibel dan dipercaya dalam penyebaran informasi bencana yang terjadi di Indonesia.
Dia adalah Sutopo Purwo Nugroho, yang kini menjabat Kepala Pusat Data Informasi dan Humas Badan Nasional Penanggulangan Bencana (Pusdatin Humas BNPB), yang tugasnya adalah menyampaikan kebenaran data dan informasi terkait setiap bencana yang melanda Bumi Pertiwi.
Pria lulusan Fakultas Geografi Universitas Gadjah Mada pada 1993 ini mengawali karirnya pada 1994 dengan bekerja sebagai peneliti di Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT). Kemudian dia merampungkan pendidikan MSc dan PhD pada 2008 lalu di Institut Pertanian Bogor di bidang hidrologi. Sutopo mulai mengomandoi segala bentuk informasi di BNPB sejak Agustus 2010 lalu hingga sekarang.
Kesadaran Kebencanaan
Dari kiprahnya di BNPB, Sutopo telah berperan membangun pentingnya kesadaran masyarakat tentang bencana sebagai bentuk kewaspadaan yang terencana. Menurutnya, penduduk di wilayah-wilayah yang masuk kategori rawan bencana harus mengetahui lebih banyak tentang apa itu bencana dan bagaimana mengatasinya.
Ia menjelaskan, perlu bekerja lebih giat lagi untuk tetap memberikan pengetahuan kepada masyarakat tentang terobosan atau alat baru yang belum sepenuhnya masyarakat tahu dalam mengatasi bencana. Masyarakat yang masih awam perlu diberi informasi.
Salah satu cara Sutopo menyebar informasi dan pengetahuan tentang bencana adalah dengan membuat beberapa grup WhatsApp beranggotakan wartawan untuk keperluan berita dan update kondisi terbaru keadaan bencana dan cuaca di setiap daerah di Indonesia. Ia juga menggunakan media sosial untuk memberikan data terbaru di setiap wilayah setiap harinya, seperti membuat status di Twitter dengan bahasanya yang khas. Data terkini dan ilmu-ilmu penting tentang penanganan bencana juga disampaikan penggemar penyanyi Raisa ini ketika menjadi pembicara dalam berbagai seminar dan forum diskusi.
Inovasi lain yang dilakukannya yaitu dengan membangun diorama bencana di Lt. 11-12 Graha BNPB sebagai sarana edukasi kebencanaan kepada masyarakat khususnya pelajar. Diorama ini dirancang dengan sangat menarik sehingga tidak membosankan ketika dikunjungi.
Membina SDM BNPB
Selain mengurus soal bencana, ternyata pria kelahiran Boyolali, 7 Oktober 1969, ini juga dikenal sebagai seorang atasan yang sangat dekat dan peduli terhadap para stafnya. “Awal saya ditempatkan di Pusat Data Informasi dan Humas BNBP SDM-nya (sumber daya manusia) masih minim. Saya melihat kualitas SDM-nya masih biasa-biasa saja. Budaya kerjanya juga biasa-biasa saja. Jauh dibandingkan di tempat saya sebelumnya di BPPT,” tuturnya.
Ini menggugah Sutopo mencari inovasi untuk menggerakan stafnya. Memang tidak gampang, karena keterampilan SDM yang tersedia masih perlu ditingkatkan. Selain itu, jumlahnya juga terbatas.
“Untuk itulah saya melakukan inovasi-inovasi dengan meng-adopt apa yang baik. Contoh membuat majalah, kami meniru National Geographic Magazine. Saya ajari mereka cara foto dan sebagainya. Kita undang para pakar dan kemudian kita berdiskusi, memahami dan sebagainya, sehingga tercipta kreasi-kreasi,” ucap suami Retno Utami Yulianingsih ini.
Untuk meningkatkan kualitas SDM para stafnya, Sutopo mencarikan beasiswa, baik di dalam maupun di luar negeri. Namun ada juga stafnya yang kuliah dengan biaya sendiri seusai jam kerja. “Saya pacu betul mereka untuk melanjutkan pendidikannya ke jenjang yang lebih tinggi. Yang SMA menjadi S-1, yang S-1 menjadi S-2, yang S-2 menjadi S-3, dan sebagainya. Saya beri kebebasan, saya tidak pernah menghambat,” katanya.
Sutopo bahkan juga memberikan kesempatan kepada para staf untuk berkarir di tempat lain. Itu terbukti, dua staf Pusdatin Humas BNPB sudah menduduki posisi eselon 2 di unit kerja yang lain, dan lima staf sudah menempati jabtan eselon 4 di tempat lain. “Saya sebagai pimpinan harus menghargai semua itu. Mereka kadang saya bimbing saat menyusun skripsi, tesis, dan itu betul-betul saya bimbing. Kebetulan saya juga menjadi dosen Pascasarjana di Universitas Indonesia, Universitas Pertahanan, dan Institut Pertanian Bogor. Mereka betul-betul saya bimbing agar ke depan karir mereka meningkat,” ucapnya.
Menurut Sutopo, hal itu dilakukan karena dirinya sudah mengalami sendiri bahwa membangun karir di PNS itu tidak bisa dilakukan dengan bersantai-santai sampai masa pensiun tiba. “Tapi kita harus menempa diri. Mereka harus memiliki semangat untuk meniti karir. Dan jangan takut anak buah menjadi lebih pintar dari kita. Kita beri kesempatan. Itu yang saya lakukan sehingga Pusdatin BNBP begitu banyak mendapat penghargaan, sampai kita menyematkan semboyan sebagai Tradisi Juara,” ujarnya. Periode 2012-2018, Pusdatin dan Humas BNBP berhasil meraih 23 penghargaan, baik di tingkat nasional maupun internasional.
Sutopo juga mengirimkan para stafnya untuk mengikuti berbagai training ke luar negeri. “Mereka saya kirim. Tidak harus saya, tapi sering saya berikan kepada staf sehingga hampir semua staf bisa menikmati training ke luar negeri,” ucapnya.
Hal itu disebut Sutopo sebagai pengalaman kesejahteraan yang memposisikan dirinya sebagai role model atau panutan. “Itu saya lakukan karena saya mencapai jenjang PNS dari 3A menjadi 4E hanya 16 tahun. Saya juga sering menulis, dan produktif sekali, menulis buku hampir setiap tahun, menulis paper dan sebagainya. Mereka saya ajari dan saya bimbing langsung. Membuat surat pun saya ajari. Jadi saya betul-betul membaur dengan staf. Kadang saya merasa bukan sebagai pejabat, tapi seolah-olah menjadi teman bagi para staf saya,” ujarnya.
Tidak cukup sampai di situ, Sutopo terus melakukan perubahan di lingkungan kerjanya. Setiap 2-3 tahun dia melakukan evaluasi terhadap semua program kerja yang sudah dilakukan bersama para stafnya. “Kita mencari inovasi-inovasi yang baru lagi sehingga semuanya berkembang dengan baik,” ujarnya.
Masih dalam perjalanan dalam meningkatkan karir stafnya, Sutopo ingin menciptakan 'Sutopo-Sutopo' baru yang siap ditempatkan di manapun dan harus lebih besar dari karirnya. “Saya selalu berprinsip profesional dan kesejahteraan harus bersama, sehingga di pundak, di dada, dan di saku kita meningkat. Di pundak artinya kita siap menerima tanggung jawab dan bisa ditempatkan di mana saja. Di dada, kita bangga sebagai ahli, apa lagi sudah master, doktor, dan dikenal luas. Di saku, artinya profesional dan tentu kesejahteraan juga akan meningkat karena bisa menjadi narasumber di mana-mana, ahli di mana-mana, sesuai aturan yang berlaku,” ujarnya.
Ia merasa senang karena dari unit yang kecil di BNPB akhirnya bisa dikenal luas. “Kami benar-benar mendedikasikan tugas-tugas kepada masyakarat. Kita sebagai aparatur sipil negara harus menjadi teladan bagi yang lain. Itulah yang saya lakukan di tempat yang saya tempati. Saya ingin konsep yang kami laksanakan ini di-adopt BNPB dalam pengembangan SDM-nya,” katanya.
Tetap Bersemangat Meski Terserang Kanker
Melihat Sutopo berdiri di hadapan ratusan wartawan dalam dan luar negeri ketika menjekaskan bencana gempa Palu dan Donggala, awal Oktober lalu, tak terlihat bahwa dirinya sedang sakit kronis. Tidak main-main, Sutopo mengidap kanker paru stadium 4B.
Ya, sakit parah yang dideritanya tidak menghambat Sutopo dalam bekerja. Ia terlihat tetap bersemangat menjelaskan kondisi terkini bencana serta dengan cekatan menjawab pertanyaan wartawan.
Ayah dua anak ini bukan abai terhadap penyakitnya. Ia sudah berkomitmen untuk tetap bekerja dan beraktivitas seperti biasa sembari tetap beruapa melakukan pengobatan dan terapi.
Sutopo divonis terkena kanker awal Januari 2018 lalu. Ia memeriksakan diri ke dokter karena merasa pinggang kirinya nyeri. Ia juga merasa heran karena batuknya tak kunjung sembuh. Tentu saja ia syok mendapat vonis dengan penyakit mematikan. Apalagi kondisinya sudah cukup parah dan menyebar ke organ lain.
“Keinginan saya yang paling utama saat ini adalah diberi kesembuhan sehingga bisa berbuat lebih banyak lagi untuk negeri ini,” katanya alumni Universitas Gadjah Mada ini di depan Dewan Juri ASN Inspiratif 2018 di Studio TVRI, Senayan, Jakarta, akhir November 2018, lalu.
Sutopo menjadi sosok yang sangat menginspirasi, tidak menjadikan penyakit kronisnya sebagai penghalang untuk berbakti kepada bangsa dan negara. (*)
Nama : Sutopo Purwo Nugroho
Tempat, Tanggal Lahir : Boyolali, 7 Oktober 1969
Pendidikan : S-1 Geografi Universitas Gadjah Mada, S2 Hidrologi Institut Pertanian Bogor, S3 Hidrologi Institut Pertanian Bogor
Pekerjaan : Kepala Pusat Data Informasi dan Humas Badan Nasional Penanggulangan Bencana