Menteri PANRB Syafruddin bersama Menko bidang PMK Puan Maharani dalam acara Silaturahmi Nasional Gerakan Nasional Sejuta Masjid Ramah Anak di Jakarta, Selasa (12/03).
JAKARTA – Wakil Ketua Umum Dewan Masjid Indonesia (DMI) yang juga Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi (PANRB), Syafruddin mendorong Gerakan Nasional Sejuta Masjid Ramah Anak (Semarak). Ia berharap, gerakan ini mengembalikan fungsi masjid sebagai pusat pengasuhan bersama sebagai wujud kepedulian terhadap pembangunan karakter anak bangsa menjaga kebhinekaan.
Hal itu disampaikannya dalam Silaturahmi Nasional (Silatnas) Semarak, yang dibuka oleh Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (PMK) Puan Maharani, di Asrama Haji, Jakarta, Selasa (12/03). “Mari kita bersama-sama melalui aktivitas kemasjidan yang ramah terhadap anak, mengembalikan fungsi masjid sebagai pusat pengasuhan bersama bagi anak-anak kita sebagai wujud kepedulian kita dalam membangun karakter dan kepribadian anak akan menguatkan kokohnya pondasi ketakwaan umat Islam di negeri kita,” ujar Menteri Syafruddin.
Sebagai Waketum DMI, Syafruddin mengatakan bahwa gerakan ini juga mendorong motivasi anak untuk mengoptimalkan fungsi masjid sebagai tempat belajar dan meningkatkan aktivitas berekspresi, berkreasi, dan berinovasi. Optimalisasi fungsi masjid ini juga sebagai jawaban atas tantangan global yang semakin kompleks.
Tentu, mewujudkan masjid ramah anak ini juga membutuhkan fasilitas serta komitmen dari semua pengurus masjid. Dalam konsep ini, diharapkan masjid juga dilengkapi dengan fasilitas penunjang ilmu pengetahuan dan teknologi (Iptek) yang bisa digunakan oleh anak-anak. “Tidak hanya membekali dengan Iptek, tetapi juga harus didukung dengan Imtaq (Iman dan Taqwa) yang menjadi pondasi yang kokoh membentengi jiwa anak-anak kita dalam menghadapi tantangan global,” jelasnya.
Mantan Wakapolri ini menerangkan, penanaman akhlakul karimah pada anak sejak usia dini bertujuan untuk menjadi manusia yang bermartabat sehingga mampu beradaptasi dengan lingkungan. Di negara yang berbhinneka ini, pendidikan nilai luhur pada anak berguna agar generasi penerus mampu menghargai perbedaan, baik dalam keluarga, masyarakat, maupun kehidupan berbangsa dan bernegara.
Dijelaskan, saat ini Indonesia sedang dihadapkan dengan berbagai masalah sehingga perlu menyadari sulitnya mengelola kemajemukan di tengah bergulirnya demokrasi yang beriringan dengan globalisasi. Kondisi itu menuntut semua anak bangsa untuk selalu hidup dalam persatuan, meski berbeda warna kulit, suku, agama, ras, dan golongan. “Hidup berdampingan, toleran, dan damai. Inilah esensi dari Islam yang rahmatan lil alamin,” imbuhnya.
Menurut Syafruddin, masjid adalah simbol penjaga peradaban Islam yang memiliki peran strategis dalam membentuk karakter seseorang, khususnya anak-anak yang merupakan generasi penerus bangsa. Anak-anak yang dididik dalam akhlak yang baik, akan menjadi bertranformasi menjadi manusia yang berakhlak, bermoral, dan bermartabat untuk mampu menjawab tantangan masa depan.
Senada dengan Menteri Syafruddin, Menko PMK Puan Maharani juga mendorong terciptanya masjid ramah anak. Sebagai Menteri yang juga mengoordinasikan Kementerian Agama, ia mendukung konsep kedudukan masjid sebagai jawaban atas tantangan global.
Cucu proklamator Soekarno ini mengatakan, masjid bisa jadi pusat kreativitas dan inovasi anak-anak saat mereka istirahat sekolah atau sepulang sekolah. “Saya menginginkan, Bapak Ibu mempunyai mapping bagaimana konsep sejuta masjid ramah anak ini,” ungkapnya.
Puan mengakui, salah satu yang harus diperbaiki adalah sanitasi yang ada di setiap masjid, yang diakuinya masih ada yang kurang bersih. Menurutnya, sanitasi di rumah ibadah ini harus selalu bersih dan mengalir. “Tahun ini harus ada masjid yang ramah anak, sehingga bisa meyakinkan masyarakat,” pungkasnya. (don/HUMAS MENPANRB)