Deputi Bidang Koordinasi Kebudayaan Kementerian Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan Nyoman Shuida saat pembukaan Gathering Positif Bermedia Sosial di Desa Pulesari, Kabupaten Sleman, D.I. Yogyakarta, Senin (20/05).
YOGYAKARTA – Internet kerap diibaratkan pisau bermata dua. Satu sisi memberikan dampak positif, namun di sisi lain memberikan dampak negatif. Salah satu penyebab dampak negatif penggunaan internet yakni menjadi lahan penyebaran informasi hoaks.
Deputi Bidang Koordinasi Kebudayaan Kementerian Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Kemenko PMK), Nyoman Shuida mengatakan untuk meluruskan informasi tidak benar dan memperkuat informasi positif dengan literasi. "Penyebaran informasi positif harus diikuti dengan penguatan literasi digital bagi para warga internet. Semua pihak perlu bersinergi untuk mewujudkannya," jelasnya saat membuka Gathering Positif Bermedia Sosial di Yogyakarta, Senin (20/05).
Senada dengan Nyoman Shuida, Staf Ahli Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) Tri Mulyono mengatakan internet diibaratkan rimba belantara informasi yang berisi informasi positif dan negatif. Oleh karena itu, perlu upaya untuk mengoptimalkan media sosial menjadi media informasi, komunikasi, bisnis, edukasi, kegiatan positif, dan produktif untuk semua elemen masyarakat.
Gathering Positif Bermedia Sosial yang digagas oleh Kemenko PMK ini bertujuan untuk meningkatkan kapasitas pengguna media sosial yang positif, kreatif, dan bertanggung jawab. Melalui kegiatan ini diharapkan generasi muda dapat menularkan cara bermedia sosial yang baik kepada teman dan lingkungannya untuk pembangunan dan penguatan kebangsaan Indonesia,
Berbeda dengan kegiatan Gathering Positif Bermedia Sosial yang sudah dilaksanakan sebelumnya, acara gathering kali ini dikombinasikan dengan pembangunan karakter berbasis budaya melalui permainan rakyat dan olahraga tradisional yang ada di Desa Pulesari, Kabupaten Sleman, D.I. Yogyakarta. Kegiatan ini merupakan salah satu fokus dari program Gerakan Indonesia Mandiri, yaitu peningkatan apresiasi seni, kreativitas karya, dan warisan budaya.
Dalam kegiatan ini, peserta mendapatkan pemaparan materi tentang mengenali jati diri warisan budaya dan kiprah keraton di era milenial, implementasi aksi nyata revolusi mental, strategi pembuatan konten positif di media sosial dan strategi memviralkan konten positif di media sosial. Materi tersebut dibawakan oleh Gusti Kanjeng Ratu Hayu dari Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat, anggota Gugus Tugas Nasional Revolusi Mental Tri Mumpuni, Co-founder Good News From Indonesia (GNFI) Wahyu Aji, dan Valdryno dari Facebook Indonesia.
Dalam paparannya, Gusti Kanjeng Ratu Hayu mengemukakan pentingnya peran serta penggiat media sosial dalam penyebarluasan kebudayaan tradisional Indonesia untuk menghindari kekosongan informasi budaya yang dapat menimbulkan tersebarnya informasi-informasi yang salah terkait budaya tradisional. Masyarakat juga perlu turut aktif dalam penyebaran informasi budaya sebagai bentuk apresiasi pada warisan dan pelaku budaya itu sendiri.
Dalam kesempatan yang sama, Co-founder GNFI Wahyu Aji menyampaikan bahwa setiap pengguna media sosial harus bertanggung jawab atas followers-nya, tidak peduli berapa pun jumlahnya. Alasannya adalah setiap konten dapat berpotensi untuk menyebarkan hoaks bila tidak disaring terlebih dahulu.
“Konten positif di media sosial adalah potensi yang luar biasa untuk membangun bangsa Indonesia. Salah satu contohnya adalah penyebaran informasi budaya Indonesia, baik kebudayaan nasional maupun lokal,” imbuhnya.
Di akhir acara, peserta berkesempatan melihat atraksi budaya lokal, yaitu permainan rakyat dari komunitas Jemparingan Jogja dan Kampoeng Hompimpa. Selanjutnya, peserta diajak menyusuri desa untuk melihat potensi kebun salak dan sungai dengan pemandangan Gunung Merapi yang dijadikan sebagai usaha pengembangan ekonomi lokal.
Kegiatan ini dihadiri oleh admin sosial media kementerian/lembaga serta generasi milenial yang berasal dari Pramuka, Purna Paskibraka, Duta Genre, Relawan TIK, dan Pandu Digital. (del/HUMAS MENPANRB)