Secara geografis, desa terluar ini berbatasan langsung dengan Selat Malaka.
Berdasarkan data dari Badan Pertanahan Nasional Kabupaten Bengkalis, luas wilayah Kecamatan Rupat Utara adalah 628,5 km dengan desa terluas adalah Desa Titi Akar seluas 300 km atau sebesar 47,73 persen dari luas Kecamatan Rupat Utara seluruhnya. Sementara Tanjung Medang merupakan desa terluas kedua dengan bentangan daratan sekitar 200 km.
Jumlah penduduk Kecamatan Rupat Utara sebanyak 14.350 jiwa (2010) yang terdiri dari 7.350 jiwa adalah laki-laki dan sekitar 7.000 jiwa lainnya adalah perempuan dari mulai anak-anak hingga dewasa.
Kepadatan penduduk Kecamatan Rupat Utara secara total adalah sebanyak 2.130 jiwa per km2 dengan desa terpadat adalah Desa Teluk Rhu yaitu 3.040 jiwa per km2. Sementara Tanjung Medang sekitar 2.800 per km2. Pada bidang pendidikan Kecamatan Rupat Utara tercatat memiliki 11 Sekolah Dasar (SD) dengan 146 orang guru dan 2.500 orang murid. Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SMP) atau sederajat di Kecamatan Rupat Utara ada empat unit dengan 56 orang guru dan 700-an orang murid.
Sementara Sekolah Menengah Atas (SMA) atau sederajat yang dimiliki Kecamatan Rupat Utara terdata ada dua unit dengan 26 orang guru dan lebih dari 400 orang murid.
Hal ini membuktikan bahwa sebenarnya di Pulau Rupat telah banyak perkembangan, terlebih di lima tahun belakang. Di mana pada tahun 2005, berdasarkan data Dinas Pendidikan Kabupaten Bengkalis, di Pulau Rupat hanya terdapat gedung sekolah dari SD hingga SMP. Sementara untuk sekolah tingkat SMA, baru dalam tiga tahun ini didirikan melalui kucuran dana APBD.
Dahulu, kebanyakan masyarakat setempat memilih untuk tidak melanjutkan sekolahnya ke jenjang SMA karena tidak memiliki biaya cukup. Tapi sekarang tidak lagi, di Rupat sudah terdapat beberapa gedung sekolah SMA walau dengan fasilitas yang dirasa belum mencukupi.
Desa Informasi
Pulau Rupat juga dirasa terus bergeliat. Di pertengahan 2010, Ibukota Kecamatan Rupat Utara yakni Desa Tanjung Medang, dinobatkan sebagai desa informasi oleh Menteri Komunikasi dan Informasi, Tifatul Sembiring.
Kala itu, 25 Mei 2010, Menkominfo juga menyertakan bantuan berupa sejumlah fasilitas informasi yang bisa diperoleh masyarakat setempat. Bantuan tersebut yakni berupa alat telekomunikasi, radio, internet dan jaringan TV kabel yang bisa ditonton di Kecamatan Rupat Utara dengan sumber siaran dalam negeri.
Dengan adanya teknologi informasi, Tifatul mengharapkan masyarakat dapat mengetahui perkembangan yang ada baik di Indonesia maupun di dunia. Menteri juga mengimbau agar fasilitas internet yang disediakan di kecamatan dimanfaatkan untuk hal yang positif.
Desa Tanjung Medang menurut Tifatul merupakan desa terluar yang berbatasan dengan negara tetangga yang dicanangkan sebagai desa informasi. Kala itu, Tanjung Medang juga ditargetkan untuk dikoneksikan dengan seluruh wilayah perbatasan melalui pencanangan desa informasi tersebut.
Menurut Menteri, percepatan pembangunan informasi di pulau terluar seperti Rupat Utara merupakan programnya sejak lama. Hal tersebut dilakukan untuk menghindari beberapa kerawanan yang bisa saja terjadi di daerah perbatasan ini. Bila infrastruktur komunikasi tidak dibangun segera, akan mendatangkan kerawanan budaya, pertahanan keamanan, dan informasi.
Beberapa pekan setelah peresmian itu, di Desa Tanjung Medang telah beroperasi dua operator seluler yaitu Telkomsel dan XL. Setelah pencanangan itu, di sana juga telah beroperasi radio komunitas dan televisi berbayar yang menyiarkan 10 stasiun nasional. Juga untuk layanan telepon publik sebagai bagian proyek "universal service obligation" (USO), juga disediakan dua unit telepon umum seluler berbayar dari Telkomsel.
Selain itu, Perusahaan Telekomunikasi XL juga menyediakan layanan telepon gratis untuk pelanggan di Rupat.
Mulai Hilang
Namun, seiring dengan berjalannya waktu, fasilitas itu perlahan-lahan mulai hilang satu per satu. Camat Rupat Utara yang baru saja dimutasi ke Dinas Pendidikan Kabupaten Bengkalis pada Januari 2011, Radia Akimah, menginformasikan kondisi miris itu.
"Dulu, setelah satu minggu peresmian Desa Tanjung Medang sebagai desa informasi, fasilitas internet sempat dinikmati masyarakat terutama kalangan pelajar SMP hingga SMA," katanya.
Semua rancangan kegiatan pendidikan di sana dirasa Akimah semakin baik. Masyarakat yang dahulunya tidak mengetahui banyak hal tentang dunia, berkat jaringan internet tersebut perlahan mulai melihat perkembangan.
"Banyak hal positif setelah internet itu datang. Yang paling penting adalah informasi tentang dunia luar. Seperti yang kita ketahui, di Rupat tidak ada satu pun media informasi yang masuk. Dengan adanya internet ini, kami jadi bisa melihat berita dari portal Kompas, Republika, dan lainnya," katanya.
Namun sayang, fasilitas pendukung informasi tersebut hanya bertahan dua pekan sejak didatangkan pada pertengahan Juni 2010. Sebanyak sembilan unit komputer yang dipasang sebelumnya dibawa kembali oleh orang yang mengaku dari PT Telkom.
"Katanya sejumlah unit komputer tersebut akan dipasangkan kembali, namun sampai saya dimutasikan ke dinas, unit komputer itu belum juga dipasang kembali," katanya.
Tidak hanya itu, kata Akimah, jaringan internet juga diputus tanpa dikonfirmasikan sebelumnya. Masyarakat, pelajar, dan pejabat pemerintahan kecamatan yang sempat merasakan kecanggihan perkembangan komunikasi itu kini kembali ke keterbelakangan informasi.
"Saat ini di Rupat Utara hanya ada radio komunitas. Ya, yang namanya komunitas informasinya hanya seputar komunitas nggak sampai ke mana-mana. Juga ada TV Kabel, yang saat ini juga sudah mulai tak terperhatikan oleh pemerintah, siaran yang dapat hanya tinggal dua itu pun hilang-hilang timbul. Kembali lagi hanya siaran TV Malaysia yang jernih. Begitu juga dengan telekomunikasi selular, sinyalnya juga hilang-hilang timbul," kata Rahasya, seorang warga Rupat Utara, Desa Tanjung Medang.
Pulau Rupat, menurut dia, akan tetap menjadi pulau terluar yang tidak terperhatikan. Seribu rancangan masa depan untuk memajukan Pulau Rupat hanya mimpi jika tidak terus dipantau.
Desa Tanjung Medang yang sempat digembar-gemborkan memiliki seribu potensi untuk dikembangkan sebagai aset wisata nasional, mungkinkah terwujud? Sementara untuk menjadikannya sebagai desa informasi saja masih terbengkalai. (FZR/KWR/K004)
COPYRIGHT © 2011 ANTARA
PubDate: 18/01/11 04:47
http://antaranews.com/print/1295300837
Diunggah oleh: B.3.3