JAKARTA – Inovasi Bapak Sayang Bayi (Basaba) di RSUD dr. Achmad Mochtar Bukittinggi, Provinsi Sumatera Barat meningkatkan kedekatan hubungan emosional antara bapak dengan bayi. Selain dapat meningkatkan rasa percaya diri bapak karena terlibat langsung dalam merawat bayinya, inovasi ini juga menurunkan angka kematian bayi, khususnya Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR).
Demikian dikatakan Gubernur Sumatera Barat Irwan Prayitno saat presentasi dan wawancara Top 99 Inovasi Pelayanan Publik 2018 di Kementerian PANRB. “Inovasi Basaba juga berdampak pada pertmbuhan dan penambahan berat badan sang bayi yang rata-rata mencapai 10-30 gram perhari, dan rata-rata lama pasien dirawat lebih pendek yaitu dari 5 hari menjadi 3 hari,” ujarnya.
Dijelaskan, tahun 2017 angka kematian bayi di RSUD dr. Achmad Mochtar Bukittinggi sebesar 60,46 persen dari 4,3 persen menjadi 2,6 persen. Selain itu angka kematian bayi kurang dari 48 jam juga terjadi penurunan sebesar 61,26 persen dari 3,02 menjadi 1,85. Dampak lainnya adalah stabilisasi suhu tubuh bayi, karena tidak terjadi proses kehilangan panas baik melalui radiasi, konveksi, evaporasi, maupun konduksi. Sedangkan dengan inkubator masih terjadi kehilangan panas melalui radiasi.
Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) merupakan penyumbang tingginya angka kematian bayi di Indonesia. Seperti yang terjadi di RSUD dr. Achmad Mochtar Bukittinggi, BBLR merupakan akibat ketidakmatangan berbagai sistem organ, sehingga BBLR butuh adaptasi yang luar biasa untuk mempertahankan kelangsungan hidupnya. “Masalahnya seperti hipotermi, sesak nafas, henti nafas, henti jantung, tidak toleransi minum, daya tahan yang rendah, serta kadar gula darah yang tinggi akibat dari stres,” imbuh Gubernur.
Di RSUD Dr. Achmad Mochtar, angka kematian bayi kategori Bayi Berat Lahir Amat Sangat Rendah/BBLASR atau berat badan kurang dari 1.000 gr mencapai 100 persen. Diikuti Bayi Berat Lahir Sangat Rendah (BBLSR) yang berat badan 1.000 - 1.500 gr, sebesar 66 persen, kemudian BBLR, dengan berat badan kurang 2.500 gr sebesar 25 persen.
Gubernur Sumbar Irwan Prayitno (tengah) berbincang-bincang dengan Tim Panel Independen, usai presentasi dan wawancara Top 99 Inovasi Pelayanan Publik 2018 di Kementerian PANRB.
Berdasarkan permasalahan tersebut RSUD Dr. Achmad Mochtar Bukittinggi melakukan inovasi yang dikenal dengan Bapak Sayang Bayi (Basaba). Inovasi yang masuk Top 99 Inovasi Pelayanan Publik 2018 ini merupakan modifikasi dari Perawatan Metode Kanguru (PMK). Dalam hal ini, perawatan dilakukan melalui kontak langsung kulit ibu dengan bayi untuk memberikan kehangatan kepada bayi, sehingga bayi merasakan seperti di dalam rahim dan jauh terhindar dari stressor dari luar. “Bedanya, dalam inovasi ini dilakukan oleh sang ayah. Pasalnya, terdapat kesulitan menghadirkan ibu dalam keadaan sakit, kritis, terpisah jauh saat bayi dirujuk, bahkan kematian ketika melahirkan,” imbuh Irwan Prayitno.
Inovasi Basaba merupakan strategi pemberdayaan Bapak dalam perawatan BBLR, serta dapat mengurangi kebutuhan terhadap inkubator dan lebih bersifat memberikan dukungan psikologis yaitu kenyamanan dan konservasi energi dalam mempertahankan keberlangsungan hidup BBLR. Basaba merupakan terobosan yang inovatif dan kreatif karena keterlibatan orang yang dicintai, baik ibu maupun bapak akan lebih memberikan asuhan keperawatan yang bersifat manusiawi yang meliputi fisik, psikologis, sosial, dan spiritual.
Irwan menambahkan dampak diterapkannya inovasi Basaba adalah peningkatan kedekatan hubungan emosional bapak dengan bayi yang dapat meningkatkan rasa percaya diri bapak karena keterlibatan langsung dalam merawat bayinya. Dampak lainnya, stabilisasi suhu tubuh bayi, karena tidak terjadi proses kehilangan panas baik melalui radiasi, konveksi, evaporasi maupun konduksi sedangkan dengan incubator masih terjadi kehilangan panas melalui radiasi. “Basaba juga berdampak pada pertumbuhan dan penambahan berat badan bayi yang rata-rata mencapai 10-30 gram perhari, dan rata-rata lama pasien dirawat lebih pendek yaitu dari 5 hari menjadi 3 hari,” ujarnya.
Inovasi Basaba ini akan dikembangkan dengan menyediakan alokasi anggaran untuk perbaikan ruangan, penambahan peralatan dan pengembangan SDM dan sosialisasi kepada masyarakat dan stakeholder. Sosialisasi melalui kegiatan seminar, workshop, petugas magang di rumah sakit, studi banding, proses pembelajaran bagi mahasiswa praktek. “Inovasi ini sejalan dengan tujuan pembangunan Nasional dan SDGs yaitu menurunkan angka kematian bayi, serta kesetaraan gender,” imbuh Gubernur. (byu/HUMAS MENPANRB)