JAKARTA – Bantaran sungai di Indonesia, sering kali kotor dan kumuh, seperti di Tukad (sungai dalam bahasa Bali) Bindu misalnya. Padahal, selain untuk kebersihan, bantaran sungai bisa dijadikan daya tarik wisata alam. Tak ingin menyia-nyiakan potensi alam yang dimiliki, Kelurahan Kesiman, Kota Denpasar melakukan penataan lingkungan untuk mengubah Kawasan Tukad Bindu. Awalnya, Kawasan ini adalah pembuangan sampah dan kemudian diubah menjadi wisata alam atau ecotourism.
Berlandaskan filosofi Tri Hita Karana yang merupakan hubungan manusia dengan Tuhan, sesama manusia, dan lingkungan, inovasi penataan kawasan di Tukad Tubin diberi nama Senyum Melia di Tubin. Inovasi itu merupakan kependekan dari Sungai Elok, Nyaman untuk Masyarakat dengan Menjaga Lingkungan dan Alam di Tukad Bindu.
“Daerah itu kan (awalnya) jorok. Pendekatannya, ditanya masyarakat mau sakit atau bersih. Ternyata maunya bersih dan mau bisa diberdayakan,” ungkap Wali Kota Denpasar Ida Bagus Rai Mantra saat Presentasi dan Wawancara Top 99 Kompetisi Inovasi Pelayanan Publik di Kantor Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi.
Agar lebih efektif, pengelolaan Tukad Bindu juga berkoordinasi dengan Prajuru Adat dan Dinas dari empat Banjar yang dilalui aliran Tukad Bindu dengan membentuk Komunitas Kali Bersih. Keempat Banjar tersebut adalah Banjar Ujung, Banjar Dukuh, Banjar Abian Nangka Kelod, dan Banjar Abian Nangka Raja. Antusiasme masyarakat yang tinggi dalam ikut serta untuk memberdayakan kawasan Tukad Bindu kemudian mendorong komunitas tersebut bermetamorfosis menjadi Yayasan Tukad Bindu.
Melalui Yayasan Tukad Bindu, Senyum Melia di Tubin digagas untuk dapat menumbuh kembangkan pemahaman akan potensi yang dimiliki oleh Tukad Tubin. Rai juga menjelaskan bahwa di kawasan Tukad Tubin memiliki kemanfaatan dan nilai yang lebih dari sekedar sungai. “Ada nilai yang lebih di sana. Ada nilai ekonomi dan nilai kesejahteraan,” tuturnya.
Dengan memahami potensi yang dimiliki oleh Tukad Tubin, maka hal ini secara berturut-turut juga akan meningkatkan kualitas sumber daya alam dan manusia, pemberdayaan ekonomi, sosial, dan budaya, pembinaan usaha mikro kecil menengah (UMKM), serta pendukungan dalam program pemerintah. Peningkatan kualitas SDA dan SDM akan terfokus pada pemberdayaan masyarakat sehingga dapat memiliki kemampuan untuk membangun diri sendiri. Hal ini berlanjut pada pengembangan wisata sungai untuk ketahanan ekonomi dan menjaga nilai-nilai sosial budaya yang sejalan dengan kearifan lokal di Bali.
Pembinaan UMKM di kawasan Tukad Bindu digunakan untuk senantiasa memelihara fasilitas yang telah ada agar tetap berkelanjutan. Tujuan ini semua secara tidak langsung juga turut mendukung program pemerintah dalam upaya pemberdayaan masyarakat dan pelestarian lingkungan serta sosial budaya.
Sejak awal inovasi ini digagas, Senyum Melia di Tubin diarahkan pada pemberdayaan masyarakat di kawasan Tukad Tubin. Pelibatan masyarakat awalnya dimulai dengan Badan Keswadayaan Masyarakat (BKM) dengan bantuan Penataan Lingkungan Berbasis Komunitas (PLBK). Kemudian, masyarakat secara langsung dilibatkan mulai dari perencanaan, pelaksanaan, hingga pengembangan kawasan.
Rai menuturkan bahwa setelah dilakukan penataan awal di Tukad Bindu, masyarakat tidak merasa cukup dengan hal tersebut. “Mereka tidak puas, sehingga minta lebih. Artinya, mereka memikirkan bagaimana daerah saya bisa menjadi satu destinasi. Dengan begini, ada satu ekosistem lingkungan dan bisnis yang terjaga,” ujar Wali Kota Denpasar yang memimpin sejak tahun 2008 ini.
Kesadaran masyarakat akan hal tersebut berdampak kepada pemberdayaan untuk pengembangan di berbagai bidang. Pengembangan ekonomi kreatif diwujudkan dalam bidang kuliner dan penanaman sayur mayur yang dapat digunakan oleh masyarakat sendiri maupun dijual kepada wisatawan. Pengembangan wisata edukatif dilakukan dengan outing class, pendidikan dini bagi anak-anak PAUD dalam kebersihan lingkungan dan sungai serta perkenalan permainan tradisional, sekolah alam, rekreasi air, hingga menjadi tempat olahraga. Lalu pengembangan wisata sosial budaya dimana Tukad Bindu dapat dimanfaatkan sebagai tempat prosesi bagi kegiataan keagamaan Hindu, tempat gathering, hingga menjadi obyek wisata bagi wisatawan lokal maupun mancanegara.
Tukad Bindu sebagai ruang publik untuk rekreasi dengan nuansa pedesaan ditengah hiruk pikuk perkotaan juga mampu mengedukasi dan mengubah pola pikir masyarakat mengenai sungai. “Selain sumber air, masyarakat paham bahwa sungai juga dapat menjadi sumber kehidupan lainnya yang harus senantiasa dijaga kebersihannya,” jelas Rai.
Wali Kota Denpasar Ida Bagus Rai Mantra (tengah) saat Presentasi dan Wawancara Top 99 Kompetisi Inovasi Pelayanan Publik di Kantor Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi.
Melalui Senyum Melia di Tubin, masyarakat menjadi sadar untuk tidak membuang sampah di sungai untuk peduli dan ikut menjaga lingkungan sungai yang bersih dan tertata. Dengan sungai yang bersih, maka akan berpengaruh positif kepada kesehatan, ekosistem, biota, dan kelestarian. Kesan kumuh, kotor, dan angker pada kawasan Tukad Bindu sirna dan berubah menjadi tempat yang nyaman dan memiliki potensi ekonomi yang tinggi.
Rai juga menjelaskan bahwa pemerintah mendukung langsung dengan menciptakan regulasi dan membantu dalam operasional fasilitas yang ada. “Sehinga mereka menjadi satu tempat destinasi wisata, ada pertumbuhan ekonominya dan jadi satu tempat edukasi pembelajaran di sana. Orang-orang yang mau belajar merevitalisasi atau membuat value dari sungai itu, mereka juga belajar di sana,” ujarnya.
Yayasan Tukad Bindu juga terus melakukan koordinasi dengan berbagai pihak agar Senyum Melia di Tubin dapat berkembang, baik dari pemerintah, pihak swasta, maupun stakeholder lainnya, terutama untuk pengembangan tempat wisata air. Dengan inovasi ini, pemberdayaan masyarakat dapat dilakukan untuk terus menggali potensi karakteristik wilayah sehingga bisa menumbuhkan kemandirian dalam segi ekonomi, sosial, dan budaya yang berbasis kearifan lokal.
Konsep penataan dan pengembangan kawasan Tukad Bindu dalam menjaga kelestarian lingkungan hidup di sekitarnya juga telah mendapatkan penghargaan nasional. Penghargaan Terbaik Nasional diberikan oleh Direktorat Jenderal Sumber Air Bersih pada tahun 2018. “Senyum Melia di Tubin juga mudah untuk direplikasi di tempat lain,” tutup Rai. (ald/HUMAS MENPANRB)