Menteri PANRB Yuddy Chrisnandi
JAKARTA - Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi (PANRB) Yuddy Chrisnandi memastikan, pihaknya akan melakukan pengawasan dan pengendalian secara intensif terhadap seluruh instansi pemerintah agar perencanaan pembangunan nasional berjalan baik dan memberikan hasil yang bermanfaat bagi masyarakat.
Menteri mengajak seluruh kepala daerah dan pimpinan instansi pemerintah agar dapat memahami betul konsep pembangunan yang menjadi visi misi Presiden Jokowi. “Presiden sudah jelas sekali dalam memberikan pengarahan dalam Musrenbangnas ini. Tinggal implementasinya harus didukung oleh seluruh unsur pemerintah di pusat dan daerah untuk memastikan pembangunan di Indonesia maju secara signifikan dan masyarakat merasakan kehadiran pemerintah,” ujar Yuddy usai menghadiri penutupan Musrenbangnas di Istana Kepresidenan, Rabu (11/05).
Dalam sambutannya pada penutupan Musrenbangnas, Presiden menekankan pada tiga hal, yakni untuk meningkatkan belanja modal, fokus dalam perencanaan, dan perlunya memperkuat brand daerah. Acara tersebut juga dihadiri oleh Wapres Jusuf Kalla, para Menteri Kabinet Kerja pimpinan lembaga negara, Sekjen/Sesmen/Sestama Kementerian dan Lembaga, Gubernur dan Sekda Provinsi seluruh Indonesia.
Dalam pidatonya, Presiden mengingatkan agar anggaran yang ada diinvestasikan pada kegiatan yang produktif dan pelaksanaannya diawasi dengan ketat. Presiden menyebutkan bahwa pada Desember 2015 yang lalu, terdapat anggaran di daerah yang tidak terserap dan tersimpan di Bank Daerah sebesar 90 triliun. Sampai hari ini terdapat sekitar 220 triliun uang pemda yang tersimpan di Bank milik Pemda. “Ini uang yang sangat besar sekali. Kita carinya pontang-panting setiap bulan, ditransfer ke daerah (kota, kabupaten, dan Provinsi) tetapi di sana justru disimpan, tidak digunakan,” ujar Jokowi.
Dikatakan, uang tersebut kalau dinvestasikan untuk hal-hal yang produktif itu akan menggerakkan perekonomian disamping hasilnya akan dirasakan oleh masyarakat. Uang sebesar Rp220 triliun, dapat diinvestasikan pada hal-hal yang produktif serta belanja modal yang mempunyai efek pada pertumbuhan ekonomi di daerah.
Tetapi Presiden wanti-wanti agar uang sebesar itu tidak digunakan untuk belanja barang yang tidak berdayaguna. Misalnya pembangunan gedung yang tidak produktif, apalagi untuk belanja perjalanan dinas, kunjungan kerja, atau pembelian-pembelian barang misalnya untuk mebel import, mobil dinas dan sebagainya. “Kesalahan tersebut yang harus dikurangi dan dihilangkan. Apalagi daerah-daerah yang sekarang ini harga komoditas dan quantity ekspornya sedang turun,” ujarnya.
Presiden Jokowi mengungkapkan bahwa empat bulan lalu, ia telah memerintahkan Menteri Keuangan agar daerah-daerah yang menyimpan uang dalam jumlah besar , diubah menjadi surat utang (SPM) agar uang tidak bisa digunakan. Presiden juga memberikan peringatan kepada para Gubernur bahwa ia akan mengumumkan daerah mana yang banyak menyimpan uangnya di bank, jika tidak segera memanfaatkan dananya.
Hal kedua yang menjadi fokus Kepala Negara, agar penggunaan anggaran benar-benar fokus, sehingga kelihatan hasil kerjanya. Presiden menekankan bahwa saat ini yang berlaku adalah money follow programs, bukan lagi money follow functions. Penganggaran yang dibagi rata ke setiap SKPD sampai ke unit terkecilnya, hanya akan menciptakan kegiatan kecil-kecil sehingga hasilnya tidak akan kelihatan. “Jangankan rasanya, baunya saja mungkin tidak ada,” ujar Jokowi.
Diingatkan agar tidak ada lagi praktik semacam. Anggaran harus dialokasikan kepada sektor yang ditetapkan menjadi fokus. Misalnya, tahun ini fokusnya adalah infrastruktur, perbaikan jalan, ya alokasikan anggarannya ke situ. Tahun depan mungkin fokusnya telah berubah, katakanlah untuk bidang pendidikan, seperti pembangunan/perbaikan gedung-gedung sekolahan. Tidak kalah pentingnya adalah kontrol, cek sebaik-baiknya, dan pengawasan yang ketat. “Bila hal ini dilakukan, pasti jadi,” tegas Presiden.
Jokowi juga meminta agar setiap daerah harus memiliki brand fisik yang bisa dibanggakan. Presiden menekankan pentingnya tiap daerah untuk menetapkan branding, positioning, differenciation sesuai potensi dan karakteristik daerah masing-masing. Karena potensi daerah berbeda, brand tiap daerah juga tidak sama.
Bahkan, Presiden menyebut akan lebih baik lagi kalau super fokus. Jokowi mencontohkan, sebuah kota di Amerika, yaki Sunnylands yang hanya fokus pada penyediaan jasa lapangan golf. Kota ini punya 30 lapangan golf. Tiap hari ribuan pengunjung, ratusan pesawat hilir mudik. Hanya dengan fokus penyediaan lapangan golf, kota ini hidup ekonominya dan sejahtera rakyatnya. Contoh lain yang fokus antara lain kota Rotterdam, yang fokus pada pelabuhan dan yang terkait dengan minyak.
Menurut Presiden, kota-kota di Indonesia juga bisa dibuat seperti itu. “Yang sudah ada misalnya Sumsel sudah menjadi Kota Olahraga. Kota Solo fokus dengan tariannya. Kota lain Ambon, Sulut, Bitung bisa super fokus menjadi Kota Ikan”, kata Presiden.
Selain itu, Provinsi NTB yang penduduknya banyak yang menjadi atlet lari, agar konsentrasi membuat stadion atletik dan jogging track sebanyak-banyaknya agar dapat menjadi brand. Papua, tambah Presiden, jika fokus pada olahraga juga bisa membangun 20 stadion untuk mengembangkan sepakbola. Begitu juga di Yogyakarta, yang kental akan nuansa seni dan akademiknya.”Jogja dengan kekuatannya lukis, ya sudah lukis saja. Kalau kota budaya terlalu lebar sekali," katanya.
Presiden yakin, dengan tiap-tiap daerah bisa fokus, maka persaingan dan kompetisi bisa dilalui dengan baik. “Kota yang superfokus yang akan memenangkan kompetisi, karena lebih efisien," ujar Presiden mengakhiri pengarahannya. (HUMAS MENPANRB)