JAKARTA - Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi, Yuddy Chrisnandi berpesan kepada masyarakat Sunda untuk menanamkan kembali nilai-nilai Kasundaan dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Menurutnya, filosofis Sunda sangat bermanfaat bagi kepentingan orang banyak, khususnya untuk membantu masyarakat luas yang membutuhkan pertolongan di berbagai macam lingkup pengabdian.
Hal tersebut diungkap Menteri Yuddy saat acara halal bi halal bersama keluarga besar Pasundan di rumah dinasnya, Jakarta, Minggu (25/7). Hadir dalam acara tersebut seluruh keluarga besar Purna Jayanegara yang merupakan keluarga besar dari Menteri Yuddy.
"Ini halal bi halal keluarga besar Purna Jayanegara. Kakek saya, Prof. Dr. Tisna Amidjaja yang juga masih bersaudara dengan pak Solihin Gautama Purwanegara, mantan Gubernur Jawa Barat adalah bagian dari keluarga besar Purna Jayanegara. Pertemuan ini intinya silaturahmi keluarga besar Sunda se Jawa Barat dan tentu untuk menanamkan kembali nilai-nilai Kasundaan dalam kehidupan agar kita lebih bermanfaat bagi kepentingan orang banyak," katanya.
Dalam sambutannya, Yuddy mengingatkan agar orang Sunda memiliki jati diri yaitu solidaritas sosial yang kuat karena orang Sunda itu toleran. Sehingga keberadaan orang Sunda betul-betul memberikan manfaat yang besar bagi masyarakat lainnya."Ingat tradisi Sunda itu harus Nyunda. Filosofis Nyunda itu seperti air dan cahaya yang memberikan jawaban atas berbagai macam persoalan," kata Yuddy.
Yuddy menjelaskan, air bukan hanya sekedar simbol tetapi memberikan makna jawaban atas segala persoalan. Air selalu mencari tempat yang rendah, artinya orang Sunda itu harus selalu rendah hati, air itu pelepas dahaga artinya dia bermanfaat, air itu selalu mengikuti kontur buminya artinya dia sabar dan tidak memaksakan kehendak.
"Dari air itu menggambarkan jika orang Sunda bisa hidup dimana-mana, dia mampu beradaptasi dengan berbagai macam situasi dan dia tidak konfrontatif namun tidak mengurangi ketegasannya," kata Yuddy.
Sementara dalam filosofis cahaya, maknanya bisa menerangi, memberikan manfaat dan kehangatan. Orang Sunda, menurutnya, harus dapat menjadi teladan bagi orang lain, harus bisa dicintai orang lain, harus bisa memberikan manfaat dan nilai bagi orang lain, harus juga menghangatkan suasana.Tapi bagaimana dia bisa menerangi kalau tidak memiliki sinar?
Yuddy mengatakan, orang sunda itu harus didorong untuk memiliki ilmu dan pengetahuan yang lebih tinggi. Oleh karenanya, salah satu filosofis sunda yang tertanam bahwa harus terus menuntut ilmu atau "nyakola". Orang sunda tidak boleh puas dengan pengetahuan atau gelar akademik yang dimiliki, harus terus menggali pengetahuan agar dia bisa menerangi dan memberikan penjelasan bagi orang lain."Dia harus menjadi obor di tengah kegelapan," kata Yuddy.
Menurut Yuddy, filosofi seperti ini dalam kehidupan saat ini harus dipahami dan harus dilaksanakan oleh seluruh orang Sunda. Apabila berkomitmen dalam menjalankannya, maka tatanan masyarakat yang gemah ripah loh jinawi, masyarakat yang adil makmur, saling bergotong royong akan terbangun dalam waktu yang sangat cepat.
"Pada kondisi inilah saya meminta peran seluruh orang Sunda, khususnya keluarga besar saya untuk memberikan dukungan kepada bapak Presiden Joko Widodo dan Wakil Presiden Jusuf Kalla dalam rangka mencapai target-target program pembangunan nasional," kata Yuddy. (ns/HUMAS MENPANRB)