Menteri Parenkraf menjawab pertanyaan wartawan usai mengikuti ratas di Kantor Presiden, Provinsi DKI Jakarta, Selasa (28/1). (Foto: Humas/Ibrahim).
Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Parenkraf) menyampaikan meski hingga kini belum ada data persis mengenai dampak kunjungan turis dari Cina karena Virus Corona namun antisipasi dengan membidik potensi dari negara lain seperti Australia dan Amerika sudah mulai ditelaah.
Pernyataan Menteri Parenkraf tersebut didasari preferensi minat orang datang ke Indonesia itu berasal dari mana saja sih.
“Ternyata yang paling besar itu nomor satu Australia, nomor dua mana ada yang bisa nebak enggak? Ayo tebak. Nomor dua dari Amerika, kalau berdasarkan machine learning yang kita pelajari, gitu,” ujar Menteri Parenkraf menjawab pertanyaan wartawan usai mengikuti Rapat Terbatas (ratas) di Kantor Presiden, Provinsi DKI Jakarta, Selasa (28/1).
Pencarian tentang pariwisata, menurut Menteri Parenkraf, nomor satu dari Australia, itu 600 juta kemudian nomor dua dari Amerika, 500 juta lebih.
“Jadi sebetulnya potensinya ada, cuma belum ada direct flight misalnya, belum promosi yang betul-betul intensif misalnya. Dan itu cuma dari 3 kota San Fransisco, Los Angeles, dan New York, cuma di 3 kota itu yang paling besar,” ujar Wishnutama.
Menurut Menteri Parenkraf, pariwisata Indonesia juga tidak boleh hanya bersandar pada satu negara saja. “Jadi kita tidak boleh rely on pada salah satu negara saja. Kalau ada problem seperti ini kita jadi bingung nantinya,” tambahnya.
Soal dampak dari Virus Corona, Wishnutama menyampaikan bahwa dari Kota Wuhan tahun lalu hanya sebanyak 50 ribuan wisatawan. “Tapi kan kita tidak bisa bicara itu kota itu sendiri. Pengaruhnya dari yang lain-lain pasti ada pengaruhnya karena kan Cina juga mengeluarkan banyak aturan sekarang, dari travel agent-nya dan lain sebagainya. Yang pasti punya dampak,” ujar Menteri Parenkraf seraya menambahkan di akhir tahun kemarin strategi pariwisata memang sudah diarahkan ke pasar-pasar lain yang juga punya potensi besar dan selama ini kurang terlalu dilirik oleh Indonesia. Mengenai penerbangan ke Wuhan sendiri, menurut Menteri Parenkraf, sudah dibatalkan, tidak ada, dan di kota itu telah di-lock down atau ditutup.
Beberapa negara lain, menurut Wishnutama, juga masih menanggapi beragam terkait virus corona ini. “Kemarin saya sudah diskusi juga dengan Bu Retno, dari Kemenlu juga kita masih kuning. Kuning artinya hati-hati. Kalau merah itu no travel. Khusus di Provinsi Hubei itu no travel.
Lebih lanjut, Menteri Parenkraf meminta agar ada pemberitaan yang berimbang terkait masalah pelarangan penerbangan dan dirinya mengaku terus berkomunikasi dengan Menlu untuk hal ini. Di akhir wawancara, Menteri Parenkraf menyampaikan akan terus mengkaji dan memantau situasi terutama sikap dari lembaga kesehatan dunia seperti WHO agar penyikapannya tepat. (FID/EN)