Menpar Arief Yahya terus concern pada manajemen krisis di Lombok dan Bali yang terdampak oleh gempa berkekuatan 7.0 SR, Minggu 5 Agustus 2018 itu. Pagi ini, 6 Agustus 2018, airports dan airlines yang terus dipantau, untuk mengantisipasi lonjakan perubahan schedule wisman untuk terbang keluar pulau. “Saya pantau, permintaan orang keluar Lombok dan Bali via airlines dan airports, baik di Lombok maupun Bali. Pak Judi Rifa dan Pak Robert Waloni langsung mencari tambahan pesawat atau extraflights, dan sekaligus slots untuk pergerakan pesawat baru dari dan menuju Lombok-Bali,” kata Menpar Arief Yahya pukul 09.00 WIB, pagi ini, Senin, 6 Agustus 2018. Menpar Arief secara khusus, meminta dan mengimbau kepada seluruh pimpinan Foreign Airlines untuk mengedepankan pelayanan penumpang. Permudah dan percepat buat wisman yang hendak mengubah rencana perjalanan atau rerouting maupun ticket reissuance. “Mohon dibantu sepenuhnya dan tidak mengenakan penalty,” ungkap Arief Yahya. Mengapa? “Para travellers ini harus mengubah schedule bukan karena rencananya. Tetapi situasi bencana, sehingga harus terbang lebih awal dari rencana. Situasinya mirip dengan hotel di hari pertama,” ungkapnya. Beberapa airlines nasional juga sudah menyiapkan extra flights, posisinya stand by. Ketika dibutuhkan, Garuda Indonesia sudah mencadangkan 4-6 extraflights. “Kami terus memantau permintaan dan peningkatan traffic menuju Jakarta maupun mancanegara,” tambah Judi Rifajantoro Stafsus Menpar Bidang Akses dan Infrastruktur. “Bandara LOP Lombok Praya atau Lombok International Airport juga terus melakukan pelayanan prima. Bahkan kali ini LOP buka 24 jam penuh untuk mengantisipasi jika harus menambah ekstra pesawat ke mancanegara,” tambah Robert Waloni, Tenaga Ahli Kemenpar Bidang Akses dan Infrastruktur. Menpar Arief Yahya memang tidak mau menutup-nutupi situasi terkini di Lombok dan Bali, akibat gempa bumi itu. Menpar tegaskan untuk selalu siapkan 3A, Akses, Amenitas dan Atraksinya. Akses itu meliputi Airlines, Airports dan Authority atau Airnav. Itulah yang menjadi concern wisatawan selama terjadi bencana. “Dan itulah yang terus kita pantau dan mencarikan solusi terbaik,” ujar Menpar Arief Yahya. Beberapa mitra Co Branding Wonderful Indonesia juga peduli dan menaruh simpati dengan Manajemen Krisis Kepariwisataan. BRI misalnya, menawarkan percepatan recovery terhadap masyarakat yang terdampak. Ketua Manajemen Krisis Kepariwisataan Guntur Sakti pun langsung menindaklanjuti hal tersebut. “Itu bagus, karena Bali dan Lombok adalah pulau pariwisata, untuk itu perlu dukungan banyak pihak dalam recovery” tambah Menpar, Arief Yahya. Tehitung mulai hari ini, Senin 6 Agustus 2018, Menpar pun telah menginstruksikan Tim MKK (Manajemen Krisis Kepariwisataan), yang dipimpin oleh Guntur Sakti untuk membuka Posko di Lombok bersama Poltekpar Lombok dan Pemda terkait. “Posko tersebut dibangun dan difokuskan sebagai layanan informasi khususnya bagi wisatawan yang terdampak, baik nusantara maupun mancanegara”, jelas Arief Yahya. (KEMENPAR)
Menpar Arief Yahya Perkuat Akses ke Lombok - Bali
Dilihat: 1149